Hari ini, ketika aku membuka mata di pagi hari, hal pertama yang terlintas di pikiranku adalah dia.
Tadi malam, adalah malam yang entah untuk keberapa kalinya dalam bulan-bulan terakhir ini, aku memimpikan dia. Lagi.
Mimpi itu, seperti biasa terasa kabur. Dan makin terasa mengabur hari ke hari.
Hal-hal yang terjadi sesudah aku terbangun itulah yang seringkali membuatku mengernyitkan dahi. Memegangi dada, seolah bisa membantuku menahan rasa sakit ini.
Bukan mimpi itu. Tapi ingatan yang langsung bermunculan tentang dia. Satu-persatu hal yang ingin aku lupakan tergambar dengan jelas dalam otakku. Semua detail tentang dirinya dan arti keberadaan dirinya dalam hidupku dulu.
Kadang-kadang aku merasa capek dengan semua ini. Bukan hanya satu atau dua orang yang sering berkata miring tentang obsesiku terhadap dia.
Terkadang aku bertanya sendiri, normalkah ini?
Aku hanya bisa tersenyum pahit karna jauh di dalam hatiku aku tahu bahwa ini semua harus berhenti.
Tidak ada yang salah dengan memimpikan dia, aku tahu.
Orang yang pernah aku limpahi dengan perasaanku.
Yang selama ini kukira cinta.
Tapi toh aku bukan orang yang bisa begitu saja dibutakan oleh cinta.
Aku bisa tetap melangkah, menjalani hidupku dengan tetap dipenuhi cinta yang lain.
Berbahagia karna berhasil melalui berbagai macam cobaan untuk bisa sampai di tahapan ini.
Aku hanya butuh waktu sedikit lagi, untuk melabuhkan kebahagiaan ini dalam ikatan yang aku harap bisa bertahan selama kami hidup.
Itu mimpiku. Harapanku.
Tapi, aaaaah, terlalu banyak kata “tapi” dalam hidupku.
Aku takut. Ragu. Galau. Resah.
Sebut saja puluhan kata yang bisa menggambarkan hati sang calon pengantin.
I feel it now.
Karna aku selalu menyimpan satu pertanyaan dalam hatiku.
Apakah rasa, yang kukira cinta, yang aku rasakan saat ini, bisa membuatku menghilangkan kata “tapi” dari kamusku?
Karna sungguh, aku tak pernah tahu apa itu cinta sesungguhnya.
No comments:
Post a Comment