Setiap hari, jam, menit dan detik, mataku selalu mencari sosoknya. Tinggi, putih dengan lesung pipit yang menghiasi senyumnya dan pandangan matanya yang lembut, yang mampu menggetarkan hati.
Dia yang selalu berjalan perlahan di depanku. Seakan memberi kesempatan padaku untuk mengejar langkahnya. Tawanya yang membahana selalu terdengar oleh telingaku, tak perduli sejauh apa jarak yang terpaut antara aku dan Dia.
Dia yang selalu berjalan perlahan di depanku. Seakan memberi kesempatan padaku untuk mengejar langkahnya. Tawanya yang membahana selalu terdengar oleh telingaku, tak perduli sejauh apa jarak yang terpaut antara aku dan Dia.
Dengan segala macam canda, pukulan ringan dan pelukan hangat, Dia selalu menjadi pusat orbit pergaulan. Rasa nyaman dan tentram bila berhasil mengundang bibirnya untuk berkata dan mengisi kekosongan batin.
Dia yang selalu aku lihat. Aku cari dan aku perhatikan. Dia yang senyumannya selalu aku bawa dalam tidur dengan harapan kelak akan berubah menjadi sapaan lembut yang memanggil namaku.
Dia yang selalu aku lihat. Aku cari dan aku perhatikan. Dia yang senyumannya selalu aku bawa dalam tidur dengan harapan kelak akan berubah menjadi sapaan lembut yang memanggil namaku.
Dia. Hanya Dia yang aku lihat. Dia yang telah pergi, membawa semua bongkahan hati dan kepingan harapan yang telah dihancurkannya sebelumnya.
Dia yang selalu menjadi tempat perhentian tatapan mataku walau terasa sia-sia. Tapi menatapnya adalah untuk mencintai Dia. Cinta hanyalah berarti Dia, dan cinta itu abadi.
Dia yang selalu menjadi tempat perhentian tatapan mataku walau terasa sia-sia. Tapi menatapnya adalah untuk mencintai Dia. Cinta hanyalah berarti Dia, dan cinta itu abadi.
(Sekedar curhatan masa lalu..)
No comments:
Post a Comment