Friday, December 02, 2011

Ajari Aku Mam...

Dear Mami,

Mam, kalo aku make kalimat “Aku saayaaaaaaang banget sama Mami” sebagai pembuka surat norak nggak? Hehehehe… Aku tau deh. Pasti Mami bakalan bilang aku gombal. Tapi ya Mam, aku juga tau pasti, di dalem hati, Mami pasti seneng dan terharu. Iya kan Mam? Ngaku deh. Hihihihihi..

Mam tau nggak, kemaren ini aku nemu sebuah sajak di twitter yang entah kenapa, menurut aku itu kata-katanya jleb banget.

“Bu, aku mencintainya. Setabah ibu, mencintai ayah.” -- @_ikik

Keren yah Mam sajaknya? Aku sukaaaa banget. Dan aku langsung teringat sama Mami. Iya, Mami. Orang yang menurut aku paling pantas dijadikan contoh, bagaimana sesungguhnya cara mencintai. 

Dulu Mami pernah bilang sama aku, sebelum kamu bisa mencintai orang lain, kamu mesti lebih dulu cinta sama diri kamu sendiri. Dan aku emang cinta sama diri aku sendiri. Tapi, terkadang aku melupakan kata-kata Mami, sampai aku jatuh cinta terlalu dalam dan nggak lagi sayang sama diri aku sendiri. Iya Mam, aku membiarkan diriku sendiri terluka terlalu banyak.

Seandainya aku masih kecil, mungkin Mami bakalan menghukum aku kali ya? Kayak dulu waktu aku kecil, Mami sering banget jewer aku saat aku nggak mau minum obat. 

Sayangnya aku udah besar. Meski ujung-ujungnya sama aja. Setiap kali aku terluka, selalu Mami yang jadi P3Knya. Penolong pertama buat aku. Mami hanya ada. Meluk aku. Dan Mam, efek pelukan Mami itulah obat paling ampuh buat aku. 

Ah, kenapa ya hidup ini harus penuh luka Mam? Kenapa hidup ini nggak bisa penuh dengan cinta aja? Hanya cinta. 

Aku terlalu cengeng ya Mam? Iya sih. Kalau aku pikir-pikir, segala ujian yang aku terima ini nggak ada apa-apanya dibanding dengan kisah perjalanan hidup Mami. Aku ini saksi hidupnya kan? Aku ngeliat dengan mata kepala aku sendiri dari kecil, gimana Mami berjuang untuk sebuah cinta. Sebuah keluarga.

Cinta kepada orang tua, cinta kepada suami, cinta kepada anak, dan cinta kepada sesama. Aku nggak tau, hati Mami sebesar apa sampai bisa memberikan cinta yang sedemikan banyaknya buat kita semua. Sampai Mami bisa setabah itu dalam menjalani hidup. Yang aku tau, pasti jawabannya adalah karna Mami punya cinta, termasuk cinta buat diri Mami sendiri dan keikhlasan. Karna Mami selalu punya cara untuk menghindar dari luka.

Ah Mam, aku ingin belajar mencintai yang seperti itu. Cinta yang selalu Mami kasih buat keluarga Mami, suami Mami, anak-anak Mami…

Karna aku sedang belajar Mam. Membangun keluarga seperti Mami dulu. Dan aku berharap, aku bisa menjalani semua ini dengan penuh cinta.

Aku nggak mau Mam, semua cinta yang Mami kasih ke aku dari kecil, aku sia-siakan dengan menyia-nyiakan kebahagiaan aku sendiri. Iya sih Mam, mana ada juga orang yang mau menderita. Makanya kita harus tetap cinta dan menghargai diri kita sendiri, gitu kan Mam?

Liat aku ya Mam. Bukan takabur atau sombong, tapi aku yakin aku pasti bisa bahagia. Karna aku tau aku punya Mami. Karena buat aku, selain Tuhan, nggak ada Mam, yang bisa ngalahin cinta Mami ke aku. 

Ajari aku ya Mam….

Sampai aku bisa berkoar dengan bangganya ke Mami, “Mam, aku mencintainya. Mencintai lelaki yang aku pilih. Mencintai keluarga yang sedang aku bangun ini. Mencintai kehidupan aku. Setabah Mami, mencintai kami semua”

Dan Mami, terima kasih, karna sudah melahirkan aku ke dunia penuh cinta ini.




Dengan penuh cinta,

Anakmu yang paling berbahagia



PS: Please Mam, jangan nangis. Aku tau Mami cengeng. Tapi surat ini surat yang penuh cinta dari aku. Jadi Mami harus senyum bacanya, oke? Hihihihi….


(Diikutsertakan dalam proyek charity #DearMama dari @NulisBuku)
  

1 comment:

siadebangor said...

Kalo seandainya aku dilahirkan kembali, pertama aku pingin dilahirkan dari mamiku yang sekarang..