Tuesday, October 02, 2018

Kopi apa yang kau suka?

Aku suka kopi yang mampu membuatku terjaga di saat mata ingin terus terlelap
Yang membuatku sadar sesadar-sadarnya bahwa menutup mata dan bermimpi hanya menjadikan aku manja dan ingin berlari

Aku suka kopi yang mampu membuatku terjaga dan bangun untuk menghadapi hari baru
Yang membuatku sadar sesadar-sadarnya bahwa menutup mata hanya ilusi sesaat karena nyata akan lalu datang mengganggu

Aku suka kopi yang mampu membuatku terjaga
Lalu tersadar bahwa hidup mungkin lebih baik dari mati

Jadi, aku memilih kopi.. 
Karena dibalik pekat dan gelapnya seduhan di dalam cangkir, aku hanya butuh 2 sendok gula untuk menikmati kopi hitam itu tanpa membuatku meringis menahan pahit 

Seperti aku, yang akan selalu butuh manisnya mimpi
Tapi tetap memilih untuk hidup



(Jakarta, 02 Oktober 2018)

Friday, September 15, 2017

Tunjuk Satu Bintang

Di balik kaca itu ada kamu
Yang terbingkai dalam sorot-sorot lampu
Yang terlena oleh riuh rendah sapa tamu
Yang terlindungi dari hujatan dan hinaan tanpa malu

Aku di sini
Di balik dinding kusam sendiri
Ditemani mimpi yang menghilang perlahan tanpa arti
Di antara tangisan pilu pada penantian tak pasti

Tuhan dan hambanya seperti marah
Merelakan kepergian jiwa-jiwa yang lelah
Dan kita, berjalan bersisian meski tak pernah searah
Luput dari dosa tanpa mampu bertahan dari mata yang kian basah

Masa lalu
Masa kini
Masa depan
Waktu lagi-lagi datang dan membodohi
Seakan lupa
Seakan takut
Atau mungkin harus kusebut terlalu

Terlalu dalam nada bias
Dalam hampa napas
Dalam hentak kaki yang kini melemas

Lalu kini pasti kutahu
Bukan tentang jarak ataupun waktu
Kamu,
Dalam kotak kaca itu
Hanya terdiam dan termangu
Tanpa mampu mendengar doaku



(Jakarta, Maret 2013)

Saturday, January 02, 2016

Happy New Year 2016!

Akhir-akhir ini jadi sering berpikir. Mungkin juga karena jenis kerja yg gue pilih sangat erat hubungannya dengan problem kehidupan. Tiap hari ngedengerin orang menceritakan keluhannya, masalahnya, masa lalunya....yang kesemuanya bikin gue sampai pada satu kesimpulan.

Life is hard. Really. Sekuat apapun orang, sedamai apapun orang tampak dari luar, pasti nyimpen konflik dalam dirinya. 

Life is short. True. And maybe, maybe because everybody knew that, they tried their very best to stay happy everyday. 

But then again, what is happiness? 

For me, happiness is getting yourself sorrounded by people who loves you as yourself, get a forehead kiss and hug by your family everyday, do things that you love, laugh hard with your friends, make people who came to you with tears leave with a smile..........thats my kind of happiness , along with my pleasure principle.. :D:D 

What's yours? 

I did my very best to stay happy. 
Did you?

And again, happy new year people. 
Lets be happy!


Sunday, November 22, 2015

What makes us human (?)

What is empathy?
What is humanity?
A lot of people are talking about that two words, but less that really know whats the meaning of it..

Empati. Humanistik. 2 kata yg sangat berhubungan erat dengan pekerjaan dokter. Dengan proses pendidikan terutama psikiatri. Seringnya diagung-agungkan, tapi jarang yg benar-benar menjalankannya. 

Orang hanya bisa berempati di saat dirinya bahagia. Saat stress, saat menderita, hampir mustahil untuk berempati terhadap orang, karena bahkan seseorang itu harus berusaha terlebih dulu sekuatnya menjaga kewarasan dirinya sendiri. 

Akhir-akhir ini, entah kenapa 2 kata itu semakin terngiang-ngiang. Beberapa teman pernah berkata, semakin berat suatu tugas atau beban hidup, semakin berkurang empati dan rasa kemanusiaan kita. Mungkin itu penyebab peristiwa yang membuat hidup semakin tidak tenang. Di saat kita belajar dan diajarkan untuk berempati terhadap orang lain atau pasien, misalnya, kita berusaha belajar sepenuh hati. Tapi kita lupa, bahwa empati dan kemanusiaan itu berawal dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar, dengan orang-orang terdekat yang sering berhubungan dengan kita. 
Mungkin kita lupa dan terlena dan menganggap bahwa keluarga dan orang sekitar kita bukanlah pasien, mereka manusia normal yang punya ego strength yang cukup kuat, sehingga diperlakukan berbeda dengan pasien, bahkan dijadikan bahan displacement saat kita merasa sangat overwhelmed dengan semua tugas dan beban yg kita tanggung. Lalu kita melupakan empati dan kemanusiaan kita, menganggap bahwa diri kita yang paling menderita, dan apa yg orang lain rasakan tidak sebanding dengan penderitaan kita.

Saat itu, kemana empati dan rasa kemanusiaan yg merupakan pelajaran paling berharga bagi seorang manusia dan seorang dokter -kalau mau ditambahkan, seorang psikiater- ? 

You can't put yourself into someone's shoes and act like you understand everything that they went through, -or worse- act like everything that they went through was nothing compare to your own misery..

Kasarnya, "yakin lo bisa tetap waras kalo lo menghadapi masalah yg sama seperti orang yg lo anggap remeh masalahnya itu?" 

When you do that, thats when your empathy and humanity is gone... 

Norman Cousins once said that, 
Death is not the greatest loss in life. The greatest loss is what dies inside us while we live..

I say, its love, empathy and humanity...
How can you be a good doctor or psychiatrist or even a human, if you don't have those three magical words?


*sekedar menumpahkan sampah hati demi menjaga kewarasan sebagai manusia*

Wednesday, November 18, 2015

Will you wait for me?




Seucap kata adalah buta..
Adalah tiada..
Lalu gemintang itu jatuh..
Meluruh runtuh...
Pada lahan-lahan yang entah..
Di waktu yang entah..
Sampai nanti..
Sampai kapan lagi...
*******

It's been a year but it feels like forever..
So, Daddy, will you wait for me in heaven?
Cos I know, we don't have forever..


Saturday, October 31, 2015

Gone

Aku bersembunyi dari tatap matamu
Telaga beriak tempat rindu itu tenggelam
Dulu..
Sampai aku pulang..
Sampai aku hilang..

Dan aku tak lagi menunggu
Biar saja bangku itu berderit dalam pilu
Sendiri..
Sampai membiru..
Sampai membatu..

Thursday, May 28, 2015

Puisi Untuk Orang-Orang di Kepalaku

Yang aku dengar bukan apa yang mereka dengar
Yang aku yakini bukan apa yang mereka yakini
Yang aku rasakan bukan apa yang mereka rasakan

Hidup ini kelam
Gulita serasa malam
Dan aku terperangkap di dalam

Mungkin mereka tertawakan aku
Seperti bocah riang yang berusaha mencari teman untuk beradu

Atau mungkin mereka acuhi aku
Seperti ombak yang enggan kembali ke bibir pantai saat bulan penuh itu

Lalu aku akan duduk di sini
Di ruang tunggu penuh deritan bangku kayu yang menua di sisi kanan kiri
Bercerita tentang kau, harapan, dan fantasi
Tanpa pernah kau tahu pasti
Betapa diri ini penuh oleh emosi

Ingin memiliki, meski lalu tinggal mimpi






PS: (mungkin) sebagai perwakilan bagi penderita Skizofrenia yang tidak bisa berkata-kata..

#LivingWithSkizofrenia #RaiseTheAwareness