Friday, September 30, 2011

Percakapan Dua Organ Manusia

Otak: Adakah yang abadi di dunia ini? Sepertinya tidak.

Hati: Cinta?

Otak: Apalagi cinta. Menurutmu, berapa kali aku harus bekerja ekstra keras untuk menjaga kewarasanku setiap kali kamu sakit?

Hati: Lalu? Kasih sayang?

Otak: Itu beda tipis sama cinta. Meski masih bisa aku terima karna ada yang dinamakan kasih sayang orang tua, terutama ibu. Itu mungkin abadi. Meski tidak semua.

Hati: Lalu apa lagi? Luka?

Otak: Mungkin. Tapi terkadang ada rasa yang aku sebut keikhlasan yang bisa mengobati luka. 

Hati: Bagaimana dengan trauma?

Otak: Bisa jadi. Karena meskipun kita lupa atau bahkan amnesia, trauma itu akan tetap bisa kita rasakan. Itu alam bawah sadar kita yang bekerja. Tapi, sekarang kan ada yang namanya hipnoterapi. Trauma bisa kita hilangkan dengan itu.

Hati: Hmmm.... lalu?

Otak: Dari semua kemungkinan, aku memilih kenangan.

Hati: Kenapa?

Otak: Karena selama aku masih hidup, ingatanku akan selalu ada. Jauh di sudut ruang tersempit yang aku punya, semua kenangan tetap aku simpan. Amnesia? Lupa karena shock? Sayang.. ilmu yang tadi aku bilang itu, hipnoterapi, sudah mampu mengembalikan serpihan ingatan yang mungkin terlupa. 

Hati: Hmmm.. Jadi.... kenangan. Apalagi yang abadi selain kenangan?

Otak: Hei hati. Itu pertanyaan yang belum sanggup aku temukan jawabannya.
Apalagi yang akan abadi selain kenangan, sayang??

Wednesday, September 28, 2011

Senja Ketiga Tanpamu

Langit sore temaram
Menemani aku yang sedang muram
Di beranda rumahku,
di senja pertamaku

Awan kelabu berserakan
Tak lagi melukiskan sebuah senyuman
Rona mentari memerah ragu-ragu,
di senja keduaku

Dan lihat sayang,
Hari ini senja ketiga tanpamu
Aku masih duduk termangu
Terkadang bertanya sambil merindu
Kemana pergimu?

Katakan, jika aku menunggu
Apa semesta akan kembali menghadirkanmu?
Karna mungkin, rindu ini akan berdebu
Pada senja keempat tanpamu

Tuesday, September 27, 2011

Hati-Hati, Hatiku...

Pergiku terhenti. Ada jejak yang harus kususuri.
Satu-satu. Dua-dua.
Mengarah tuju satu hati. Kau?


Di antara jejak langkah, kusebarkan serpihan rinduku. 
Itu petunjuk untukmu.
Jalan menuju rumah, tempat kau rebahkan segala lelah.

Inginku melepas lelah, tapi hatimu menyerah.
Tahukah kamu? Aku hanya duduk di kamar sebelah.
Saksikan resahmu, kenikmatan untukku
.

Mungkin dinding kamar bisa mendengar keluh kesah, tapi tidak bercerita.
Karena apa yang kukatakan bukanlah dusta.

Tapi dinding setia menunggu dalam resah, dalam susah.
Bagaimana dengan konstelasi hatimu yang terjebak dalam apologia semu?

Segala maaf hanya akan meninggalkan jejak baru.
Setapak demi setapak menuju hatimu yang beku.
Ingat sayang, tetesan rindu itu akan melubangi batu.
Hatimu yang beku..
Nanti, di musim yang entah.




PS:
Lagi. @omkit selalu menjadi penyempurna segala kegalauan...

Aku Baik-Baik Saja..

Sekarang dan nanti..
Semoga akan terus begitu...

Sunday, September 25, 2011

Ada Yang Hilang..

Saat bibirmu tak lagi memanggil namaku
Saat doamu tak lagi menyisipkan namaku
Saat barisan sajakmu tak lagi menuliskan namaku
Kamu tahu?
Ada yang hilang, rasanya..
Entah apa..
Masih kucari...


Yang hilang adalah kemampuan sel-sel otakmu untuk melupakan.
Baris-baris retoris hanya mengiris, bukan menutup luka empiris
.

Karena pada luka yang mengiris, rasa miris selalu mengacu pada satu teori.
Kehilanganmu, adalah kehilangan duniaku secara holistik.

Luka itu delusi. 
Aku bagian kecil partikel bumi.
Tak seharusnya memiriskan kupergi.

Kontemplasilah, tersenyumlah, berlarilah.

Sampai bumi berhenti berputar, kaki ini akan terus melangkah.
Patuh pada gravitasi, menjejaki tiap ruang kosong untuk menggenapi ketiadaanmu.

Aku tak pernah tiada. Hanya lepas sementara dari pandangan mata.
Bisakah pelankan isakmu?
Aku ingin khusyuk meninggalkanmu.


Dan pergimu, akan kembali membuat lubang baru di hati.
Ada yang hilang, lagi.
Entah apa kali ini.
Masih akan terus kucari...




Catatan kecil:
Ini adalah hasil samber-samberan via twitter bersama @omkit. Abang-abang yang akhirnya mengaku tua dan berganti panggilan menjadi om-om.

Saturday, September 24, 2011

Penantian Malam..

Karena hanya malam yang mengerti, 
mengapa rindu tak pernah mati

Bukan salah malam mengerti,
hukum cinta yang tak diberkati


Atau mungkin cinta tak mau tahu,
ada rindu yang selalu memburu

Cinta tak meminta rindu memburu, 
hati yang selalu memaksamu


Atau mungkin hati tak mengerti, 
kapan cinta harus direlakan pergi

Bila hati tak mengerti,
tahukah kau cara berotasi?


Atau mungkin sayang,
kau tahu cara mengemas hati yang ingin beranjak pulang?

Meski hati tak pernah ingin pergi,
hanya menanti untuk kau sapa kembali...



~Hasil meracau galau tengah malam bersama @omkit via Twitter~

Tuesday, September 20, 2011

Ketika Kita Saling Berbisik

Pelan-pelan katamu,
aku berjalan mendekat
lekatkan bibir dan telingaku ke arahmu
ketika kita saling berbisik

Jangan keras-keras katamu,
dinding ikut mendengar
tentang canda dan tawa kita seharian tadi
ketika kita saling berbisik

Diam-diam saja katamu,
ungkapan cinta yang rahasia
cukup kau katakan padaku
ketika kita saling berbisik

*(Dan, kau semat kata-kata dalam hambur nafasmu di telinga, biar kita saja yang merasa..)


*: Bisikan untuk sebuah penghabisan yang indah dari @greenziezt..

Wednesday, September 14, 2011

Sampai Jumpa, Fan...

Aku tahu, dunia adalah persinggahan sementara untuk kita. Setelah urusan kita selesai, akan ada satu hal, yang kusebut ajal, yang akan menjemput kita. 

Bukan  lupa bila aku berpura-pura. Ingatku adalah abadi untuk itu. Mungkin takut atau hanya ingin lupa. 
Ah hidup sudah terlalu rumit.
Hanya percaya, pada setiap pertemuan pasti ada akhir. Dan pada setiap perpisahan, pasti akan ada pertemuan baru. Entah kapan.

Jadi, selesai sudah tangisku untukmu, Fan. 
Aku hapus air mata ini, agar kamu di sana merasa lega, tak lagi menyisakan tangis untuk seluruh pencintamu.
Toh, nanti juga kita pasti akan bertemu kan? 
Di waktu yang entah...
Pada dunia yang entah...

Sampai Jumpa, dr. Annisa Erawan.....



(Tak ada kata yang bisa melebihi doa untukmu Fan.. Bahagia di sana ya.. Terus awasi kami yaa, terutama pasangan jiwamu, Apri, dari atas sana. Semoga kebahagiaan adalah memang miliknya. Meski dalam bentuk yang mungkin, hanya Tuhan dan kamu Fan, yang tau....)

Friday, September 09, 2011

Aku Lupa

Teruntuk Afrila Viebry:

Aku lupa aku terluka ~ aku lupa, aku jatuh cinta. 
Ah, cinta membuatku amnesia.

Aku lupa aku jatuh cinta ~ aku lupa, aku merindu.
Ah, rindu membuatku mati gaya.

Aku lupa aku merindu ~ aku lupa, aku melangkah maju.
Ah, langkahku sia-sia.

Aku lupa aku melangkah ~ aku lupa, aku bermimpi.
Ah, mimpi membuatku tak berdaya.

Aku lupa aku bermimpi ~ aku lupa, aku terhempaskan.
Ah, hempasan membuatku terluka.

Dan aku selalu lupa aku terluka ~ aku lupa, aku jatuh cinta. 
Aku lupa cinta itu telah mati.
Aku lupa, kumakamkan kau dalam hati.


Catatan kecil:
Na, cinta itu yaaaa... begitulah. Meski sakit, tetap saja segala luka akan bertekuk lutut di hadapan cinta. Pada cinta yang tepat, di saat yang tepat..
.

Genggaman Tangan Keriput

Di tepi senja, sepasang merpati terbang beriringan
Kita duduk di bangku taman, 
Berbicara tentang waktu dan segala ketidakpastiannya

Kelak, 
Saat rambut memutih pasi
Belaian lembutmu yang kuingin ada di kepalaku

Nanti, 
Saat tongkat harus menyangga kakiku
Bahumu yang aku mau untuk menopangku

Ketika,
Mata sudah mulai meredup cahayanya
Wajahmu yang aku harap hiasi kelamku

Karena sayang,
Pada akhirnya, genggaman jemari hangatmu,
Adalah hasil dari segala doa pada siang dan malamku

Ketika saatnya tiba, nanti.

(Terinspirasi oleh pasangan Kakek-Nenek yang kulihat tadi pagi, dengan aura kasih sayang yang ikut memancarkan kebahagiaan dan doa untukku...)


Thursday, September 08, 2011

After The Rain..

Senja ini, aku terduduk di beranda rumahku
Memandangi langit kemerahan itu
Sekali lagi
Dan entah kenapa, 
Sesekali tampak awan menyerupai wajahmu di situ

Tetiba langit mendadak kelam
Seolah ikut bersedih untukku
Ah, rupanya semesta tahu aku merindu
Lagi, dan entah untuk yang keberapa kali

Tetes hujan mulai turun
Gigil mulai merasuki aku
Yang tak kau tau, 
Di hatiku, hujan itu turun lebih deras lagi
Hingga mata tak sanggup menahan bulir airnya

Dan sayang...
Yang juga tak akan pernah kau ketahui
Bahwa setelah hujan mereda,
Rintik hujan di hatiku belum juga reda
Entah sampai kapan..