Tuesday, October 15, 2013

Pernah kutuliskan surat pada Tuhanmu.
Amankan dia.
Lalu kuminta pada Tuhanku,
aminkan dia.
Agar kita, bisa tetap ada.

Perubahan itu..

Tak ada yang tak berubah di dunia ini, selain perubahan itu sendiri. 
Aku, kamu, dan cinta.
Sesederhana cinta, sesederhana itulah perubahan bisa terjadi. 
Maka kutuliskan sebuah rangkaian kata untukmu.
Agar semua yang tak abadi, bisa abadi..
Termasuk cerita kita.

Saturday, June 22, 2013

Be happy...

Ada sedikit kesakitan yang terasa nyeri
Ada sedikit dingin yang terasa gigil
Ada sedikit suram yang terasa kelam

But then again,
As always, B...
Your happiness is my happiness
Always have.. Always will...
Be happy...

Saturday, June 08, 2013

Thank God


"Rencana Tuhan memang selalu indah, karena Tuhan selalu tahu apa yang terbaik untuk kita.."

I believe it now... Alhamdulillah ya Allah...

Tuesday, May 28, 2013

New..


Jakarta, 2006

Alma


“Gue mesti gimana dong Bim? 6 bulan lagi gue mau nikah. Dan Agung tiba-tiba datang. bilang kalau dia nyesel. Gila kali ya???” aku berteriak histeris. Bima, sahabatku sejak SMA menepuk-nepuk pelan bahuku.

“Sabar Al.. Sabar. Jangan teriak-teriak ah. Lo nggak malu apa diliatin orang? Rileks Al… Take a deep breath..” Aku cemberut menatap Bima.

“Gimana gue bisa rileks?? Lo lupa apa cerita gue ama Agung?” aku masih histeris tapi berusaha menahan suaraku agar tidak berteriak.

“Ya nggak mungkinlah gue lupa, Al. Selama 9 taon gue kenal sama elo, nama cowok yang keluar dari mulut lo kan cuma Agung. Hampir setiap hari gue musti pasang kuping gue Cuma buat dengerin lo cerita, si Agung beginilah, si Agung begitulah.” Bima mengangkat bahu malas. Cuek. Tampak tidak terlalu perduli dengan masalahku kali ini. Aku makin kesel. Aku tinju perut buncit Bima.

“Ouch! Apaan sih Al? Sakit tau??! Kasar..” gerutu Bima sambil mengelus-ngelus perutnya. Pemandangan yang biasanya pasti membuatku tertawa ngakak, kalau saja aku nggak pusing dengan masalahku sendiri. Bimantara Satya Hutomo, si Teddy Bear, dengan tinggi 185 cm dan berat 135 kg. Putih, berhidung mancung, berambut ikal rapi, dan perut yang menonjol. Sahabat kesayanganku selama 9 tahun ini, sedang melakukan atraksi kebanggaannya. Beruang putih sirkus yang misuh-misuh sambil memegangi perutnya. Aku berusaha menyembunyikan tawa geliku.

“Lo kok cuek banget sih? Gue lagi stress kayak gini juga. Sahabat macam apa lo??” aku mengeluarkan jurus mautku. Pasang tampang sedih dan berdiri dari kursiku.

“Gue pulang aja deh..” kataku sambil berlagak jalan kearah pintu kafe. Dan benar saja, tidak sampai 2 detik kemudian Bima berteriak memanggilku,

“Alma! Yaelaaah..pake ngambek sih. Dasar calon manten sensi lo.” Cela Bima, meski tak urung dia berdiri dan menarikku duduk kembali sambil mengacak sayang rambutku.

“Udah, duduk. Nggak usah pake manyun. Gih cerita. I’m all yours…” kata Bima lembut. Aku tersenyum dalam hati. Bima emang orang yang paling ngertiin aku deh. Hihihihi…



                                                                 *** 



Bima



Almaira Nareswari Sumitro. Sahabat terdekatku sejak aku kelas 1 SMA. Satu-satunya perempuan yang deket denganku tanpa ada embel-embel cinta-cintaan. Gadis mungil dengan tinggi 150cm yang selalu menyebut dirinya imut, dengan rambut hitam sebahu, kulit putih dengan rona kemerahan di pipinya akibat udara yang panas menyengat, barisan gigi yang putih rapi akibat behel yang baru dilepas 2 bulan lalu, dan bibir mungil merah jambu yang anehnya bisa tahan ngoceh 3 jam nonstop. Gadis yang 6 bulan lagi akan melepas masa lajangnya dengan seseorang yang sudah dipacarinya selama 4 tahun terakhir ini, yang notabene adalah temanku juga. Dan gadis yang sama itu, saat ini sedang duduk dihadapanku di Kafe Starlight ini, sambil memasang aksi ngambeknya, karana tadi sempet aku cuekin saat dia berkeluh kesah.

“Apa Al? Katanya lo mau cerita. Malah diem..”

Alma menatapku sendu. Kemudian menarik napas dan menghembuskannya pelan.

“Menurut lo, cinta gue itu, lebih gede ke siapa? Agung atau Tama?” pertanyaan Alma ini membuatku terpaku. Lalu mukaku sengaja aku bikin sekaget mungkin.

“Haaah?? Again Al?? Pertanyaan itu lagi? Lo udah kehabisan stok pertanyaan apa?”  sindirku. Alma hanya menggeleng tak sabar. Tidak perduli akan sindiranku. Dia malah memajukan badannya hingga tangannya bisa menyentuh tanganku. Meremas, lebih tepatnya.

“Bim, gue serius nih. Gue 6 bulan lagi nikah sama Tama, dan cuma karna bbm dari Agung yang bilang, ‘Al, kamu serius mau nikah? Kamu yakin dia pasangan yang tepat buat kamu? Bukan orang lain? Ng.. aku, misalnya?’ gue jadi menggalau berat kayak gini. Padahal lo kan tau banget Bim, kalau gue dengan susah payah akhirnya bisa ngerelain Agung. Karna gue tau kalau gue dan dia tuh udah nggak punya masa depan bersama. Makanya gue mutusin buat nerima Tama. Lo tau itu kan, Bim?” remasan tangan Alma semakin kencang. Aku heran. Bagaimana badan sekecil itu punya tenaga sebesar ini. Karna aku aja yang berbadan jauh lebih besar dari Alma dan yaaaah, tertutup lemak tebal ini, masih sering meringis kesakitan menghadapi setiap pukulan, cubitan maupun remasan Alma. Bagaimana dengan Tama? Atau Agung? Yang jelas-jelas badannya lebih kurus dari aku. Dan mereka masih saja berebut cintanya Alma?? Ckckckck… aku heran. Atau jangan-jangan mereka masokist?

Sepertinya senyumanku atas pikiranku barusan terlihat oleh Alma. Dengan gemas dicubitnya pipi bulatku ini. Membuatku kembali ke alam nyata.

“Buset deh Al. Lo tuh hobi amat sih nyiksa gue?” gerutuku.

“Salah lo sendiri! Gue lagi ngomong serius, lo malah cengar cengir. Mikirin apa sih lo??? Ngeliatin apaan?” Alma mengira aku sedang menatap sesuatu di belakangnya. Buru-buru ditolehkan kepalanya ke belakang. Dan ternyata, tepat setelah 3 kursi dan meja kosong di belakangnya, duduk seorang perempuan dengan paras paling cantik yang pernah aku lihat. Dan sialnya lagi, Alma benar-benar mengira aku sedang memperhatikan perempuan itu.

“Iiiiih, centil banget deh lo Bim! Gue lagi sedih, lagi curhat, elo malah ngeliatin cewek laen. Mentang-mentang cewek itu sendirian…” Alma mulai manyun lagi. Aaarrgh..aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Gemas.

“Bukaaan Al. Gue ngak ngeliat cewek itu. Udah ah. Buruan cerita!” Alma masih menatapku curiga.

“Beneran? Padahal cantik loh…” Alma malah ngegodain aku. Langsung saja aku jitak pelan kepalanya.

“Dih, ngambek. Hehe.. Hmmm… Yaudah. Jadi, menurut lo, Agung atau Tama yang lebih gue cintai?”

“Phhhewww… Lo itu aneh banget ya Al? pertanyaan gitu kok ditujuin ke gue? Mestinya ke hati elo sendiri dong!”

“Yeee… kalo gue tau jawabannya mana mungkin gue ngerecokin elo.”

“Lo masih ngarepin Agung?” tanyaku sambil meneliti wajah Alma.

Alma menggeleng pelan. Lalu mengangguk. Lalu menggeleng lagi.

“Aaaaaagggghhhhh!!! Gak tau ah! Pusing gue! Kenapa sih udah mau nikah ada aja kejadian kayak gini?? Kenapa si Agung nggak nanya kayak gitu sepuluh taon yang lalu?? Atau nggak, at least 1 taon lalu deh.!” Alma membenamkan kepalanya di atas meja dan berteriak histeris.

“Ssssttt!! Al, orang pada nengok semua tuh!” panik, aku lalu menoleh ke orang-orang sekelilingku yang sedang memperhatikan kami dan meminta maaf melalui gerakan tangan. Dan gadis itu, gadis cantik yang duduk sendirian itu, juga sedang memperhatikan kami. Aku hanya bisa tersenyum lemah kepadanya, yang langsung dibalas dengan senum pengertian. Atau setidaknya begitu menurutku.

“Al, hp lo bunyi tuh,” sambil mengambil hp Alma yang berbunyi di atas meja. Keningku berkerut melihat nama yang tertera disana. Agung? Dasar tukang bikin masalah nih.

Alma tetap diam. Tidak memberikan reaksi.

“Al? Agung nelpon nih…” kataku sambil mengguncang bahunya perlahan. Sesaat kurasakan dia menegang.

“Gue nggak mau nerima telpon dari siapapun, Bim. Lo aja yang angkat. Terserah alasannya apa. Abis itu matiin aja hp gue,” jawab Alma lemah tanpa mengangkat kepalanya dari meja. Aku menghela napas pelan.

“Ya? Gue Bima, Gung. Alma lagi ada presentasi. Hpnya ketinggalan di mobil gue…. Mungkin ntar malem gue baru ketemu dia…. Oke. Ntar gue sampein… iya.. sip. Bye,” kataku sambil menutup telpon dari Agung.

Aku menghembuskan napas lagi. Kali ini lebih keras sambil menyenderkan badan ke sandaran kursi. Aku lihat Alma yang masih membenamkan kepalanya di atas meja. Sesekali bahunya terlihat agak berguncang. Nangis lagi, deh.

Agung-Almaira-Tama. Cinta segitiga? Halaaaah… nyusahin aja deh. Bikin pusing kepala. Mendingan aku makan aja deh. Pikirku sambil langsung memanggil pelayan, dan memesan waffle coklat favoritku dan Alma. Tanpa aku sadari ada sepasang mata bening yang sedang memperhatikan aku.
                                                                   ***

(to be continued...)
*This is a prologue from my upcoming novel. Belum ada judul sih. Yaaah.. doain aja yah biar kali ini malesnya ga kelewatan buat nyelesain proyek ini... ^^


Tuesday, February 19, 2013

Because your happiness is my happiness.
It's always been like that.
Always have and always will.
Happy birthday...

Tuesday, February 05, 2013

My Sweet Escaping..

Cos' people really need it at least once in a life time.... *sesat* hihihihihihi...















-Location: IndoChine Resort and Villa, Kalim Beach Phuket-
**Thanks God my sweet escaping didn't cost me much money. It's a 12 million Rupiahs worth leaving place for a night and it's free!! It really is sweet.. Yeaaay..... :)

Saturday, February 02, 2013

Once Again, February..

Saat mimpi kembali meninggalkan jejak basah di atas bantal tidurku,
mungkin itu kepingan kenangan,
yang enggan menjadi sesuatu yang terlupakan..

Maka sekali lagi aku menyapamu, masa lalu..
Tetaplah di tempatmu,
Di sudut belakang ingatanku,

Sampai saatnya nanti..
Ketika denyut ini tak lagi berdarah
Aku yang akan menjemputmu..

Lalu kuletakkan di ruang kosong hatiku
Tempat di mana cerita itu pernah aku tuliskan..

Saturday, January 05, 2013

Aku Minta Lagi, Tuhan..


-->
Tahunbaru sudah berjalan 5 hari, dan aku belum sama sekali menuliskan apapun. Excuse-nya sih karena pada saat malampergantian tahun, aku sedang berada di apartemen yang kebetulan miskin sinyal.Padahal sih, jujur, di kepalaku saat itu sedang kosong. Sama sekali nggak adasecuil ide pun di sana.

Jadilah,baru kali ini aku menulis. Mungkin ini bukan tulisan berarti, ini hanya sekedarcurahan hati. Permohonan dan doa, lebih tepatnya.

Untukseorang manusia, yang biasa-biasa saja, bahkan dengan ketaatan yang mungkinmalah di bawah standar, memohon untuk kesekian kalinya, bisa dibilang nggaktahu diri. But that's what makes us human,rite?

JadiTuhan, kalau boleh aku meminta lagi, kali ini aku mau kekuatan.
Kekuatanuntuk bertahan.
Dan,
Kekuatanuntuk berjuang.

Karena,Tuhan, jalan untuk menuju semua mimpiku itu tidak mudah. Banyak sekali kerikilyang menghalangi langkahku. Dan aku butuh kekuatan itu Tuhan, entah untukmenyingkirkan kerikil itu, atau untuk berjalan dan melompatinya.

Karena,Tuhan, mimpiku itu mulia. Mimpi yang aku impikan demi kebahagiaan orang banyak,bukan hanya aku dan diriku. Kupastikan itu, Tuhan.

Dan terakhirTuhan, kumohon iringi perjuanganku kali ini.

2013,FIGHTING!!!