Wednesday, November 14, 2012

Ini Cin(T)a Versi Kita

 

"Nih tissue..." Arga menyodorkan sekotak tissue di depan mukaku. Aku mengambil dua lembar kemudian segera mengeringkan airmata di pipiku.
"Cengeng ih.. nonton gitu aja nangis.." Arga berkata lagi sambil berdiri dan berjalan ke dapur. Tak sampai semenit, dia sudah duduk kembali di sampingku dan menawarkanku segelas air. Aku mengambil gelas itu dari tangannya tanpa banyak komentar.
"Udah tenang?" tanyanya lagi. Aku mengangguk. Arga lalu mendekat, meraih kepalaku dan mengusapnya lembut.
"Sedih ceritanya Ga...." Arga hanya diam.
"Kayak kita..." lanjutku, namun lagi-lagi tak ada komentar dari Arga.
"Ga...." panggilku pelan.
"Hm?"
"Kok kamu diem aja sih?" aku menengok ke samping. Sedikit terkejut dan memundurkan kepalaku karena muka Arga berada terlalu dekat dengan mukaku. Napasnya perlahan berhembus mengenai pipiku.
"No comment." Arga lalu menghentikan usapan di kepalaku dan berdiri.
"Ayo." tangan Arga sudah terulur di depanku, menunggu kusambut.
"Kemana?" kali ini ada senyuman di wajah Arga. Matanya yang sipit semakin menghilang oleh kerutan di sekitar pipinya saat dia tersenyum.
"Bachelorette party kamu-laaaah... Masa sih perayaan hari-hari terakhir kamu single begini doang??" Aku menggeleng.
"Aku mau di rumah aja Ga. Emangnya aku nggak boleh, ngerayain hari terakhir masa lajang aku sama kamu?" Arga menghela napas keras-keras. Terdiam sesaat lalu kemudian kembali menghempaskan tubuhnya di sofa sampingku.
"Your wish is my command, my lady..." Aku tersenyum mendengar caranya memanggilku.
"Ngomong-ngomong, kamu tega juga ya..." Arga tiba-tiba berkata, setelah beberapa saat hanya keheningan yang menyelimuti kami.
"Kenapa?"
"Nikah pas Natalan. Emang ada gitu yang mau dateng?" Aku tertawa kecil.
"Emangnya nggak boleh nikah pas Natalan? Kan aku nggak ngerayain Natal. Lagian aku kan nggak bikin pesta gede. Jadi ya biar aja tamunya dikit.. "
"Iya sih.. Tapi kan jadi aku yang ribet bagi waktunya. Untung aja jam akad nikah kamu pas aku kelar kebaktian."
"Sengaja kok. Maksud aku, biar kamu bisa sekalian ngedoain aku dulu pas kebaktian. Doain biar pernikahan aku ini diberkati, awet, langgeng dan selalu penuh kebahagiaan. Lagian buat kamu, hari Natal itu berkah kan? Berarti bagus dong kalo aku nikah pas hari itu. Berkah.."
Arga mengangguk-ngangguk.
"Kalau gitu, ntar aku nikah pas hari Lebaran aja kali ya? Biar suci jiwa raga aku... Hahahaha..." aku ikut tertawa. Tertawa dan tertawa sampai tak terasa airmata mengalir lagi di pipiku.
"Hei.. jangan nangis dong. Masa calon manten nangis mulu sih? Tadi nonton nangis. Sekarang nangis lagi... Ssshhh...." kali ini tangan Arga sendiri yang menghapus airmataku. Tangannya sedikit bergetar dan terasa dingin. Pelan, kuraih tangannya yang sedang mengembara di pipiku.
"Ga... nanti, siapapun diantara kita yang mati duluan, harus minta sama Tuhan, biar kita, kalau dilahirkan kembali berada dalam satu keyakinan yaaa..." Arga tertawa mendengar kata-kataku.
"Reinkarnasi? Itu kan kepercayaan lain lagi. Emang kamu  percaya?"
"Selama itu bisa nyatuin kita, rasanya aku pengen banget bisa percaya, Ga. Kan kata film tadi, God is an architect. Kalau iya, pasti Tuhan juga bakalan bisa nyiptain ruang buat kita berdua. Mungkin sekarang masih belum jadi, masih rancangan. Makanya, kita ajuin dulu aja proposalnya. Biar di dalam rancangan berikutnya, Tuhan nggak kelupaan bikinin ruang yang sama buat kita. Ruang yang kuncinya hanya kita yang punya. Biar orang lain nggak bisa masuk dan seenaknya mengganggu. Kayak sekarang ini, ruangan kita masing-masing terkunci satu sama lain. Bukan orang lain yang nggak bisa masuk, tapi kita sendiri yang nggak bisa memasukinya. Aku capek hidup di kotak-kotakin begini. Semua hal bisa jadi pemisah. Agama, suku, bangsa. Padahal, katanya semua manusia sama. Tapi, kalau urusan cinta, banyak banget penghalangnya... Kalau gitu buat apa ada cinta? Buat pemersatu? Yang ada malah cinta itu, yang jadi halangan orang untuk bersatu... Coba kam....." tangan Arga tiba-tiba membekap mulutku.
"Sssst.. Udah ya. Ini prewedding jitter kamu kok gini banget sih? Jangan nangis lagi, oke? Janji ya, hari ini hari terakhir kamu nangis di depan aku. Karena besok, yang bakalan ngusap air mata kamu, bukan aku lagi. Aku udah nggak punya hak untuk itu. Dan lagi, jangan sampai deh aku liat kamu nangis. Bisa aku tonjok nanti suami kamu itu. Masa udah berhasil menikahi kamu, tapi masih bikin kamu nangis..." Aku tersenyum mendengar kalimat Arga.
"Terus, kalau kamu yang nangis gimana?" tantangku. Arga tergelak.
"Diih.. emang aku cewek? Eh salah. Emangnya aku itu kamu? Kerjaannya nangis mulu."
"Iiih.. aku nangis mulu kan sejak pacaran sama kamu. Tau gitu, kita dulu nggak usah pacaran aja ya.. Tetep sahabatan...."
"Yaaaa... siapa suruh kamu maksa-maksa jadi pacar aku?"
"Ehh.. enak aja. Kelakuan kamu tuh udah kayak si Cina di film tadi tau. Ngerayu-ngerayu, pake bilang simbol kerukunan umat beragama segalalaaah. Huuuh... Kemakan rayuan kamu nih aku."
"Hahahaha... Ya gimana dong? Prinsip aku, kita harus berusaha semaksimal mungkin sebelum mengakui bahwa ada hal-hal di dunia ini yang nggak mungkin. Kita, misalnya..." aku langsung terdiam.
"Hayoo... mau nangis lagi ya??" Aku menggeleng.
"Enggak kok. Emangnya kamu, cengeng...."
"Diih kapan aku nangis?"
"Waktu kita putus... Kamu nangis juga kan?? Bilangnya aku yang cengeng, padahal kamu juga ikutan nangis. Ntar jangan-jangan besok pas aku akad nikah, kamu nangis, lagi..." godaku.
"Hahahaha... enggaklaaaaah. Aku nangis cuma sekali itu aja kok. Karena aku lagi agak kecewa sama keadaan, sama keluarga, sama Tuhan.... Tapi ya, sekarang beda. Gini nih kalau orang udah bisa ikhlas, ya bisa tetep senyum kayak aku gini...." Arga menepuk dadanya, bangga.
"Tsk... iya deeeh. Terseraaaaah. Hahahaaha... Udah ah. Yuk!!" Aku berdiri dan kali ini gantian aku yang mengulurkan tanganku ke Arga yang mengerutkan keningnya.
"Kemana?"
"Party-laaaaah... si Lala udah nyiapin bachelorette party buat aku. Bentar lagi mulai. Masa aku sebagai bintang utama-nya telat?"
"Tadi katanya nggak mau... Dasar. Yaudah, kalo gitu aku nge-drop kamu aja ya. Males banget ikutan acara cewek-cewek."
"Yeeee.. mana bisa gitu. Kamu itu kan maid of honor aku. Ya wajib ikut dong..." kataku nggak sabar sambil menggoyangkan tangan di depan mukanya, menunggu sambutannya.
"Haaaaaaaaah..... " Arga menghela napas keras-keras. Dan dengan enggan menyambut uluran tanganku. Kugenggam tangannya erat. Arga pun membalasnya. Sesaat kami hanya terdiam dan saling pandang. Lalu sambil tersenyum, kami berdua berjalan perlahan ke ruang depan dan membuka pintu. Aku melirik sekilas apartemen Arga. Tempat dimana aku selalu menghabiskan waktu beberapa tahun terakhir ini. Tertawa, menangis, terluka, bersuka...  Arga lalu mematikan lampu dan mendorongku keluar. Di ruang tengah, masih berserakan tissue dan kotak dvd yang tadi kami tonton. Cin(T)a. Aku lupa membereskannya. Ah, biarlah. Toh nanti, aku yakin Arga pasti bakalan menonton ulang dvd itu.....


***

  -->

--Terinspirasi dari film "cin(T)a" dan kisah nyata seorang sahabat....
---Gambar diambil via googling :)))

Thursday, November 01, 2012

Sesal


Ada masa yang terburai
Saat jam dinding berputar perlahan
Mendetikkan detak-detak kerinduan

Lalu pada pandangan yang mengabur
Ketika lupa berhasil menjadi penghibur luka
Mata hanya ilusi yang memperlihatkan duka

Sepi dan sunyi yang didendangkan oleh masa lalu
Bayangan yang menari-nari diantara pusaran ingatan
Langkah kaki yang berhenti tak beranjak seolah terikat oleh kenangan
Saat itu, jarak antara hidup dan mati terkubur dalam angan suram yang lalu kusebut silam

Karena, di antara semua yang ada, kau kini adalah tiada
dan sesal, adalah tempat rintikan air mata ini berasal...
 

Saturday, September 22, 2012

Udah Gede Loh, Aku....

 
“Teddy…… Mas Raka jahaaat… pipiku dicubit lagi. Hiks.. Sakit Teddy…”
*
“Teddy…. Hari ini nyebelin di sekolah. Lia curang. Masa ngerjain pe-er dibantuin kakaknya sih? Jadinya dia dapet 100. Aku salah 2. Aku kalah. Tapi Lia curang. Sebel!!”
*
“Teddy.. Ayah dipindahin kerjanya. Aku harus pindah sekolah. Pindah kota juga. Temen-temen aku gimana? Ntar aku bakalan kesepian nggak ya di sana? Tempat barunya kayak gimana ya? Uuuugh.. gak asik banget deh papa. Udah mau lulus padahal. Ga bisa gitu nunggu setaun?? Huuuh…”
*
“Teddy…Aku udah jadi cewek tulen!! Hihhihihihi… tadi siang pas di sekolah kan perutku sakit banget. Eh taunya pas pulang aku berdarah. Kata mama sekarang aku udah gede, tandanya. Harus bisa mandiri. Ga boleh cengeng sama manja. Eh tapi berarti aku juga udah boleh pacaran kan ya Teddy?? Hihihihihi….”
*
“Teddy… di kelasku ada anak baru. Tumben banget deh. Padahal kan tinggal satu semester lagi aku lulus SMP. Masa pindahnya nanggung gini ya?? Eh tapi orangnya lucu. Tinggi, trus putih. Botak gitu. Oya, kalo senyum ada lesung pipinya. Hihihihihi…”
*
“Teddy…. Apa semua cowok kayak gitu ya? Kayak Arga maksud aku. Sukanya sama cewek yang cantik, langsing, putih… Trus kalo gitu, gimana nasib cewek kayak aku? Aku pikir Arga beda. Temenan lama sama dia, dari akhir SMP, ternyata nggak bikin aku ngerti tentang dia ya? Rasa ini harus aku simpen sendiri aja gitu Teddy? Aku nggak mau pertemanan aku sama dia rusak. Tapi aku juga nggak mau dengerin dia nyeritain gebetan-gebetannya itu. Teddy, aku harus gimana??”
*
“Teddy… Ayah nggak adil banget sih??!!! Masa mas Raka boleh homestay di luar negeri, aku enggak?? Alasannya karena aku cewe! Apaan sih ayah?! Hari gini masih maenan gender ajah! Aku nggak terima. Pokoknya aku mau protes!”
*
“Teddy!!! Sialan banget deh si Shilla. Dasar backstabber! Nyesel aku nggak dengerin kata Diana. Emang ya, di saat kita sedih, teman yang tinggal itulah teman sejati. Arrrggghhh!!!! Mana sih yang katanya orang saat-saat SMA itu saat yang paling indah?? Bohong semua!!”
*
“Teddy… Arga nyium aku!!! 3 tahun Teddy…. Aku mendam perasaan aku 3 tahun. Arga akhirnya sadar. Dan sekarang aku resmi punya pacar!!! Wuaaaaaah…. Aku seneng Teddy. Seneeeeeeng banget. Eh, ntar aku kenalin kamu sama Arga yaaa… hihihihihihi….”
*
“Teddy… si Ayah masa nggak setuju aku pacaran? Padahal kan aku tau banget tuh kalo Ayah suka sama Arga, waktu statusnya masih sahabat aku. Ah, mau pacaran aja susah, apalagi ntar kalo ngelepas aku nikah ya?? Tapi sih kata Bunda ga usah terlalu dipusingin. Ayah cuma cemburu. Hihhihihihi…”
*
“Teddy…. Aku lulus!!! Hihihihihi…. Tahun lagi kamu nggak boleh nyebut nama aku doing loh ya.. harus ditambahin embel-embel ‘bu dok’. Okey Teddy?? Hihihihihi.. si Arga juga bakalan jadi tukang insinyur… hiihihi.. aduuh.. aku seneng Teddy…”

***

“Kendra… barang-barang kamu udah dipacking?” Kendra Amala Sudibyo menoleh saat mendengar Bunda masuk ke dalam kamarnya. Sambil tersenyum Kendra bangun dari posisi tidurnya.
“Hampir Bun…” diliriknya lagi kamar yang selama ini ia tempati. Di pojok ruangan sudah ada 3 box berisi sebagian barang yang akan dibawanya.
“Nggak kerasa ya, 3 hari lagi kamu akan menikah nak. Pindah ke Jakarta, ngikutin suami.. Hhhhh.. rumah bakalan terasa kosong pasti.” Bunda menghela napas pelan. Kendra langsung memeluk erat bundanya.
“Bunda jangan gitu dong. Jakarta-Bandung kan nggak jauh. Jangan sedih ya Bun. Ntar Kendra pasti ikutan nangis..”
Bunda hanya tersenyum sambil mengelus rambut putri bungsunya.
“Kamu nggak boleh manja lagi loh, Ndra. Pas di hari pernikahanmu nanti, usia kamu sudah 25 tahun. Sudah dewasa. Serempat abad. Kamu tau, banyak yang bilang, orang, terutama wanita. mengalami the quarter life crisis. Yaah.. makin dewasa kan makin banyak cobaannya. Makanya kamu harus kuat. Banyak berdoa. Bunda yakin Arga bisa menjadi pembimbing yang baik buat kamu. Masalah itu pasti ada. Yang penting, kalian berdua harus pandai-pandai menjaga komunikasi. Terbuka satu sama lain. Apa-apa harus diomongin. Karena dalam hubungan yang paling penting itu komunikasi. Ngerti toh?” Bunda menasehati Kendra yang mengangguk dan kini sudah merebahkan kepalanya di atas pangkuan Bunda.
“Eh, Ndra. Si Teddy nggak kamu bawa?” tiba-tiba Bunda bertanya setelah keheningan yang cukup lama. Kendra mengangkat kepalanya, bangkit dari posisi tidurnya.
“Teddy?” alis Kendra terangkat satu. Bunda mengangguk.
“Iya, Teddy. Itu…” Bunda menunjuk rak boneka di depan tempat tidur Kendra. Teddy, boneka mungil Kendra yang usianya hampir sama dengan pemiliknya terduduk rapi diantara banyaknya boneka Kendra yang lain. Hampir tersembunyi dibelakang boneka singa yang lebih besar.
“Ya ampun Teddy!!” Kendra langsung melonjak dari tempat tidur dan mengambil Teddy ke dalam pelukannya.
“Hampir aja aku lupa Bun…”
“Jadi inget, dulu kan kamu selalu bawa si Teddy kemana-mana. Apa-apa pasti kamu seritain semua ke Teddy. Bunda sampe ngiri. Hampir aja Bunda masangin alat perekam di Teddy. Habis kamu nggak pernah mau cerita ke Bunda sih. Malah ke Teddy. Padahal kan Teddy nggak bisa ngomong. Nggak bisa ngasih pendapat.” Bunda sedikit merajuk. Kendra tertawa kecil.
“Hihihihi.. iya ya Bun. Dulu aku selalu cerita apa aja ke Teddy. Keterusan sampe gede malah. Sampe saat aku pacaran sama Arga. Eh tau nggak Bun, Arga kan juga sempet ngambek loh karena Teddy. Dia maunya aku tuh kalo cerita ke dia, bukan ke Teddy. Hihihi.. cemburu kok sama boneka. Tapi ya, sejak itu aku jadi ngelantarin si Teddy. Kasian Teddy….” Kendra mengelus-ngelus boneka kesayangannya itu.
“Makanyaaa… boneka disayang ya boleh. Tapi jangan sampe kamu melupakan orang sekitarmu dong Ndra. Apalagi sekarang udah ada Arga. Dia itu pendamping kamu. Panutan kamu. Pembimbing kamu. Masa depan kamu. Jadi ya jangan jadiin dia pajangan aja. Masa kalo ada apa-apa sama kamu dia harus nanya Teddy dulu? Mending kalo Teddy bisa jawab…” nasehat Bunda panjang lebar. Kendra tertawa.
“Hahahahaa… Iyaaaa Bundaaaa. Beres. Jadi, hmm.. apa kata Bunda tadi? Quarter life crisis? Oke. Di seperempat abadku, aku nikah. Crisisnya? Hm… semoga stress mau nikah ini aja deh ya Bun. Sama ngadepin Ayah yang ga rela anak bungsunya yang cantik ini diambil orang. Jadi hidupku bisa tenang sampe ketemu the half life crisis ntar. Hahahaha…”


***


Ps: sumbangan cerita buat menuhin buku-nya Septianessty alias @netkirei :))

Monday, August 27, 2012

Sayap Sang Pencinta

Ajari aku terbang, melawan kehendak gravitasi.
Agar kelak, jatuh tak lagi sesakit luka, seperti yang pernah kau torehkan pada cinta..

Published with Blogger-droid v2.0.6

Wednesday, August 08, 2012

Kosong


Aku kosong yang tak berisi
Sebab itu, rindu masuk dan berdiam tanpa permisi

Aku kosong yang tanpa inti
Sebab itu, rindu enggan beranjak tak mau pergi

Aku kosong yang terbiasa sendiri
Sebab itu, rindu hanya ada dan terbiar sepi

Tetapi aku hanya kosong di sudut dada
Tanpa getar menggelegar,
yang tergantung hanyalah jantung tanpa debar.

Di ujung waktu,
Rindu sekali lagi jatuh di ruang hampa tanpa temu
Entah sampai kapan.

Monday, August 06, 2012

Detak Detik


Tik… Tok… Tik…
Begitu bunyi jam dinding di kamarku
Tergantung di tengah lengangnya ruang
Menghitung waktu yang berjalan pelan pada sebuah pertemuan

Dag… Dig… Dug…
Begitu bunyi debar jantungku
Berdiam di tengah tubuh yang terasa kosong
Berdenyut mengalirkan sebuah rasa dari kepala sampai ujung kaki

Dan ketika sebuah penantian berdamai dengan waktu
Debar yang bergetar, tak lagi berputar mencari jalan keluar

Sebab, mencintaimu berarti memasrahkan hidup
Pada detik yang bergerak lambat
Seolah bertarung melawan detak jantungku sendiri

Friday, August 03, 2012

Hidup Sebenar-benarnya..

Someone once said to me:
"Karena hidup sebenar-benarnya hidup itu, adalah ketika kita berhasil menjalani sebaik mungkin kehidupan ini tanpa menyisakan sebuah penyesalan."
Maka, lilin yang menyala ini menjadi saksi sebuah pinta untuk kebesaran dan keihklasan hati dalam menjalani hidup.
Happy birthday 27 years old me... Be happy! x))

Wednesday, June 27, 2012

Mimpi yang Hilang


Engkaulah mimpi yang hilang menjelang pagi
Debar itu adalah angan
Detak itu adalah harapan

Lalu ada aku dan sebuah penantian
Di bangku taman yang menua bersama gugurnya dedaunan,
ke tanah basah tempat akhir segala cerita

Tersimpan sebuah tanya dalam hati
Kemanakah rindu ini akan berpulang?

Sebab riuh tak lagi terasa bingar
Sebab kehilangan tak lagi terasa hampa

Dan hidup ataupun mati,
bagiku hanyalah sisa misteri yang mendenyutkan nadi ini berkali-kali

**********

“Mana jari kelingking kamu? Buruan.”
“Iiiih… buat apaan? Nyari jari kok kelingking sih? Jari manis dong..”
“Hahahahaha… Udah mana jari kamu! Nah! Gini. Ini namanya janji……………”
Lelaki bersuara merdu itu melingkarkan jari kelingkingnya ke jariku. Aku mengangguk sambil tersenyum.
“Siip.. sekarang cium aku.”
“What?!! Iiiiih… kamu gila ya? Ntar diliat orang.”
“Nggak ada orang. Ayo buruan dong.”
Pipi berlesung pipit kesukaanku itu sudah berada di depan mataku yang kututup sesaat sebelum aku bergerak maju. Perlahan bibirku menyentuhnya lembut. Lagi-lagi lelaki itu tertawa merdu.
“Sekarang giliran aku..” belum sempat aku membuka mata, sesuatu yang hangat dan lembut menyentuh pipiku.
Hanya sekejap. Sebelum akhirnya cahaya mentari yang menyelinap segaris lewat jendela  membangunkanku...












(Ps: gambar diambil via googling :p)

Friday, April 20, 2012

Cepek Dulu, Dooooong....

Pak Ogah. 
Begitu anak-anak sekampung memanggilnya. Aku sendiri sebagai pendatang baru di kampung ini sering mengira-ngira arti nama beliau. Seseorang bapak-bapak, belum terlalu tua menurutku, meski kepalanya botak, dan sering ogah-ogahan melakukan sesuatu. Mungkin itu sebabnya beliau dipanggil Pak Ogah. Karena setahuku, beliau hampir tidak pernah mau melakukan sesuatu dengan gratis.

"Cepek dulu, dong..." pernah suatu hari pak Ogah berkata begitu padaku, di saat aku meminta tolong padanya untuk mengambilkan belanjaanku yang tercecer di dekat kakinya.

"Pak Ogah emang begitu, Mey. Mendingan kamu nggak usah minta tolong sama dia deh," nasihat Unyil, salah satu temanku di kampung, diikuti dengan anggukan Usro, temanku yang lain.

"Iya siiih... Pak Raden pernah bilang. Kalau yang namanya menolong, itu harus ikhlas. Nggak boleh pake pamrih. Memangnya Pak Ogah nggak pernah diomelin sama Pak Raden?" tanyaku sambil membayangkan, betapa serunya melihat Pak Ogah yang botak dan terkadang menyebalkan itu, tertunduk lesu sambil mendengarkan omelan dan ceramah dari Pak Raden, salah satu orang tua yang disegani di kampung. Dengan kumisnya lebatnya yang pasti bergerak-gerak lucu mengikuti gerakan bibirnya saat berbicara, pasti akan kocak sekali kejadian itu.

"Udah sering, Mey. Percumaaa...." jawab Usro. Aku pun lalu hanya mengangguk-angguk. Namun aku yakin, suatu saat Pak Ogah bisa kena batunya kalau beliau tetap seperti itu.

Dan benar saja, keesokan hari setelah pertemuanku dengan Unyil dan Usro, ada kejadian yang membuatku yakin. Bahwa semua tindakan kita, baik atau buruk akan mendapatkan balasan. Langsung atau tidak.

Atap rumah Pak Ogah ambruk. Entah apa sebabnya. Untung saja saat itu beliau tidak ada di rumah. Dan saat beliau pulang, hampir saja beliau menangis histeris. 
Warga sekampung hanya bisa terdiam melihatnya.

Dengan muka memelas, Pak Ogah meminta bantuan warga untuk membetulkan rumahnya. Namun tak ada satupun orang yang bergerak. Pak Ogah terus meminta tolong sambil memohon.

"Cepek dulu dong...." entah siapa yang melontarkan perkataan itu. Yang jelas, Pak Ogah seketika terdiam. Beberapa warga mulai kasak kusuk di belakang, sambil sesekali menyukuri kemalangan Pak Ogah.

Tiba-tiba, Pak Raden datang. Dengan tegas beliau mendekati Pak Ogah dan berbicara padanya, "Jadi bagaimana Ogah? Kamu sudah tau bagaimana rasanya sendirian di dunia ini? Di saat tak ada seorangpun yang mau menolongmu seperti sekarang ini? Ini semua karena salahmu sendiri. Kalau selama ini kamu ikhlas menolong, tanpa embel-embel kalimat 'cepek dulu dong' kebanggaanmu itu, saya yakin, pasti mereka semua juga akan mau menolongmu. Betul kan semua?" Warga mengangguk patuh. 

Pak Ogah terdiam. Lalu dengan suara pelan, beliau berkata, "Iya, sekarang saya sadar. Maafkan saya ya semua. Saya janji, mulai sekarang saya akan berusaha menjadi manusia yang lebih baik lagi. Menolong sesama dengan ikhlas. Mau kan maafin saya?"

Warga sekampung bersorak. 
"Nah gitu dong!"
"Iya. Dimaafin."
"Ayo bapak-bapak, karena Pak Ogah sudah meminta maaf, bagaimana kalau kita bantu saja untuk membetulkan rumahnya? Kasihan Pak Ogah..."
"Iya. Ayo semua. Bantu Pak Ogah."

Dan aku, dari belakang menyaksikan semua kejadian itu sambil tersenyum yakin. Aku pasti akan betah di kampung ini.



- Proyek #ILUPakRaden -

Sunday, April 08, 2012

Pada Sebuah Kepergian

Aku berpura-pura meniadakan rindu.

Karena sesungguhnya, aku sengaja menulikan telingaku pada bunyi derap langkah yang menjauh.

Karena sesungguhnya, aku sengaja membutakan kedua mataku pada lambaian tangan yang perlahan menghilang.

Karena sesungguhnya, aku sengaja memati-rasakan seluruh inderaku pada kehampaan yang tercipta dari ketiadaan.

Dan karena sesungguhnya, aku ingin kamu ada.

Itu saja...

Tuesday, March 27, 2012

Cinta (pun) adalah misteri..

Di dasar langit ada sebuah misteri, tentang yang meninggalkan ataupun yang ditinggalkan.
Dua-duanya sama menderita..
Sama berurai air mata..
Sama merasa kehilangan..

Dan berabad-abad kemudian manusia bertanya, apa yang membuat kami bertahan?
Bertekuk lutut pada luka..
Pasrah pada kesakitan..
Terjebak dalam ketidakpastian..

Lalu setitik cahaya terang datang..
Pelita dalam gelap.
Mungkin itu cinta.
Karena tak ada yang mampu menjadi lentera bagi hati yang penuh derita selain cinta...

Dan jika suatu saat lentera itu pun padam, ke arah mana harus kulangkahkan kaki ini?
Saat mata dan hati sama-sama tak mampu melihat
Saat telinga dan bibir tak lagi mendengar dan didengarkan

Apakah aku harus pergi atau bertahan?
Hanya Tuhan yang tahu...

Thursday, February 23, 2012

TAK DIRESTUI

Aku tertegun memandangnya. One of the most beautiful creature on earth. Tak perlu kujelaskan panjang lebar bagaimana mata itu kemudian berhasil menghipnotisku. Yang aku tahu, aku telah terjatuh. Pada cinta. Bahkan sebelum cinta menjatuhiku.

"Bengong aja!" suara bidadari itu membuyarkan lamunanku. Aku tersenyum ke arahnya. Berusaha tersenyum, tepatnya. 

"Kenapa sih? Is there something bothering you?" tanyanya lagi. Masih dengan suara merdunya.

"Marry me." 

Entah apa yang ada di kepalaku saat itu. Saat dua kata itu meluncur dari bibirku. Aku terkejut. Pun dengan kedua mata yang kini terbelalak dengan indahnya. Mata yang telah menghipnotisku.

Bibir merah jambu itu membuka, namun segera menutup lagi. 

"Yakin?" Aku menggangguk pasti.

Gadis di depanku menghela napas. 

"Itu nggak mungkin." 

"Kenapa?"

"Tugasmu kan akan segera berakhir. Lantas bagaimana dengan keluargamu? Orang tuamu di sana? Tempat tinggal kita aja udah berbeda."

"Persetan dengan orang tua. Aku akan tetap menikahimu," jawabku keras kepala.

"Kamu siap, pindah ke bumi? Selamanya di sampingku? Nggak lagi tinggal di atas sana?"

Aku terdiam. Ah sudahlah. Direstui atau tidak, mereka bisa apa? Toh aku memang tak lagi berada di awang-awang. Sejak aku terjatuh.
Pada kedalaman matanya.
Pada cinta.
Bahkan sebelum cinta itu menjatuhiku.





Based on:
RT @fiksimini: TAK DIRESTUI. "Persetan dengan orang tua. Aku tetap akan menikahimu." "Kamu siap, pindah ke bumi?" - @sibangor

Sunday, February 19, 2012

Tak Lagi Menunggu

Sedetik..
Dua detik..

Siapa bilang menunggu yang tak pasti itu membosankan?
Aku bahkan mati gaya dan hilang rasa, saat menunggu sesuatu yang kutahu pasti akan segera datang.

Pergantian hari.
Pertambahan umur.
Hanya untuk membuatmu semakin jauh dan menghilang dari pandanganku.

Maka aku pun melangkah.
Meninggalkan doa untuk sebuah kebahagiaan.

Selamat ulang tahun masa lalu.

Sedetik..
Tidak, mungkin dua detik atau lebih..
Baru akan kubisikkan kalimat itu padamu.

Friday, February 17, 2012

Dear 16 Year Old Me,

Sambil menuliskan surat ini, aku tiba-tiba teringat pada sebuah lagu dengan lirik, "Aku merindukan kamu yang dulu." 
Hei kamu,  tau artinya? 
Mungkin, karena terkadang manusia berubah. Begitu cepatnya sampai orang-orang di sekitar sulit menerima perubahan itu, dan malah merindukan sosok di masa lalu.

Lalu kamu, yang masih berumur 16 tahun, apa yang ada di kepalamu saat itu?

Bersenang-senang di dunia remaja menuju kepada kedewasaan yang masih penuh canda dan tawa? 

Atau bahkan kekecewaan yang mendalam pada dunia yang menurutmu tidak adil?

Atau mungkin, sakit hati akan sebuah cinta?

Sabar. Aku rasa itu yang kurang pada dirimu. Kamu ngga tau kan, bahwa terkadang canda dan tawamu itu bisa menularkan kebahagiaan pada orang lain? Kamu juga pasti ngga tau bahwa hal-hal yang menurutmu tidak adil itu adalah hasil pemikiran semesta yang selalu memberikan apa yang pantas kamu terima. Dan aku juga yakin, hatimu sudah dibutakan oleh sakit hingga matanya tak lagi mau melihat ada cinta lain yang baik di dekatmu.

Aku tahu. 

Jadi, kenapa kamu tidak bisa sedikit lebih sabar dalam menghadapi hidup?
Berhenti bersenang-senang terlalu banyak karena akan mengurangi waktumu untuk melakukan hal yang bermanfaat lainnya.
Berhenti merasa hidup ini tidak adil karena masih banyak orang yang jauh lebih menderita dibandingkan dirimu.
Tapi ingat satu hal. Jangan pernah berhenti mencintai. Karena sesakit apapun hatimu oleh cinta, tetap saja, hanya cinta yang mampu mengobati semua luka.

Simpan semua pertanyaan di kepalamu. 
Nanti, 10 tahun ke depan, kamu akan menemukan jawabannya.

Karena aku tahu. Dan aku sudah bahagia, saat ini.



Love,
26 year old you.




-Proyek #ForYoungerMe-

Tuesday, February 14, 2012

BERJODOHKAH KITA?

Aku serasa berada di dalam mimpi.
Hening ini, dingin ini, gelap ini, telah musnah seketika. 
Ada cahaya terang di ujung jalan yang menghangatkan.

Mungkinkah ini mimpi? 
Karena jika iya, aku mohon, tidurkan aku selamanya.
Karena jika iya, maka inilah mimpi terindah di malam-malam panjangku yang penuh kegelapan.

Namun kamu menjerit di ujung jalan itu.
Mata itu, hidung itu, bibir itu...
Semua adalah kepunyaanmu.
Kamu yang masih sama seperti kamu yang ada di ingatanku.

Berjodohkah kita?

Ragu-ragu kuucapkan pertanyaan itu pada telingamu yang kini sudah mencapai jangkauan bibirku.

"Jangan berlebihan. Kita cuma kebetulan satu sel dalam bui," jawabmu dengan nada bicara khas milikmu.

Maka jelas, ini bukan mimpi. 
Semua ini bukan mimpi, bagiku.
Ini lebih dari itu.



Based on:
RT @fiksimini: BERJODOHKAH  KITA? "Jangan berlebihan. Kita cuma kebetulan satu sel dalam bui." @Sibangor



PS: Makasih ya Ade, atas pinjeman idenya...

Wednesday, February 08, 2012

ABU-ABU

Penjarakan aku di hatimu -- akulah sang pendosa yang ingin mencuri kehangatan pelukmu.


Langit sore memerah perlahan. Dua pasang lengan saling bercengkerama di kedamaian sebuah beranda rumah mungil. Ditemani hembusan angin yang membelai rona malu-malu di pipi sang perawan. 

Sesekali jemari bertautan. Sesekali tangan-tangan nakal menjelajahi keindahan ciptaan Tuhan di hadapannya.

Lalu ketika dering telpon berbunyi, kemesraan itu membeku. Tangan-tangan nakal tergantung di udara, lalu jatuh terkulai di sisi tubuh yang terduduk miris. Terpaksa bertingkah laku sopan, seakan pemilik keindahan yang sesungguhnya sedang menatap tajam ke arahnya.

"Aku angkat dulu ya..."

Dan pemilik tangan-tangan nakal itu hanya mampu mengangguk sambil menghela napas berat. 

Dan kenangan lalu mengabu, berdebu dalam ruang abu-abu.

Saturday, February 04, 2012

Always..

And when I say,

I miss you,

it means that I'm always missing you...

Always have.. And always will..

Wednesday, February 01, 2012

Be Nice, February...

Ketika angin kembali meniupkan angan,
mungkin kita harus belajar menghitung debar-debar rindu yang belum tersampaikan..

Wednesday, January 25, 2012

Ini Bukan Judul Terakhir

"Akhirnyaaaa!!!! Selesai juga bahan yang harus kubaca!" Aku menarik napas lega. Dengan semangat aku menutup buku-buku tebal yang berserakan di depanku. Aku lantas keluar dari perpustakaan sambil mendekap buku-buku tebal itu. Biar kelihatan sebagai anak rajin sedikit. Hihihihi...

"Hmm... ruang ujiannya di lantai 3. Ah, naik tangga aja deh. Sekalian olahraga..." aku bergumam sendiri sambil melipat kembali jadwal ujianku.

Ah, baru kali ini aku tenang menghadapi ujian. Bahan-bahan sudah habis kubaca. Bahkan masih ada waktu satu jam sebelum ujian di mulai. Memang seharusnya belajar itu dicicil deh.. Bukan pake SKS alias Sistem Kebut Semalam... 

Aku bahkan bisa dengan tenang bersenandung menuju kerumunan teman-temanku di depan ruang ujian. Mereka tampak sibuk berkutat dengan bahan ujian. Persis seperti aku biasanya.

"Hai Mel.. masih belajar?" kataku sambil tersenyum belagu. Hahahaha.. Melisa mengangkat wajahnya dan menatapku heran.

"Emang lo udah kelar? Tumben amat... Mimpi apa lo semalam??" tanya Melisa takjub. 

"Diiih.. Gitu banget sik?! Gue belajarnya nyicil tau! Dari 2 hari lalu.. 4 bab kelar!" jawabku bangga.

Melisa hanya diam dan menatapku aneh.

"De, ng... lo baca cuma 4 judul?? Lo baca sampe mana sih?" Aku terdiam. Tiba-tiba kepanikan melandaku. Dengan gugup aku membuka buku dan menunjukkan kepada Melisa hasil belajarku.

"Ini Mel, gue baca sampe bab yang Nyeri Menjalar. Di catatan gue sih ini judul terakhir."

"Duuuh De.. Lo kenapa nggak nanya dulu sih? Ini bukan judul terakhir, De! Masih ada 3 judul lagi. Lo kan pas kuliah terakhir nggak masuk. Waktu itu Dokter Rista ngasih tambahan judul buat ujian sekarang."

Aku bengong. Bukan judul terakhir? Nyeri Menjalar bukan judul terakhir??? Aaaaaakkkkk!!!! 






-Proyek #15HariNgeblogFF day 14-

Monday, January 23, 2012

Kalau Odol Lagi Jatuh Cinta..


"Susah ya sama kamu. Sensitif banget!"

"Ribet deh deket kamu. Apa-apa mesti pake aturan. Mana enak hidupnya..."



Dan seterusnya.... Dan seterusnya...

Kamu tau nggak itu apa? Itu ucapan-ucapan menyakitkan dari semua yang pernah meninggalkanmu dulu. Apa aku sedih? Tentu saja. Aku kan juga punya perasaan. Nggak mungkin aku tega melihat hidupmu menderita. Ah, tapi mungkin itu jalan yang diberikan semesta untuk pertemuan kita. Atau penyatuan kita, lebih tepatnya. 

Karena sayang, apapun akan kulakukan untukmu.

Perlindungan? Aku sanggup menjaminnya.

Sifatmu yang sensitif? Tenang, aku pasti bisa mengatasinya...

Kebebasan agar hidupmu lebih bermakna? Silahkan sayang.. Dengan adanya aku, kamu bebas memilih semua yang kamu suka.

Itulah aku, yang akan melakukan apapun untukmu, dan memberikan semua yang terbaik untukmu..

Karena sekali lagi sayang, aku telah jatuh cinta padamu, gigi-geligiku yang putih berseri... :))





-Proyek #15HariNgeblogFF day 13-

Merindukanmu Itu Seru!

Seru itu, saat kita menikmati debar jantung yang berdetak semakin kencang ketika kita berada di atas ketinggian dan menunggu dijatuhkan dalam olahraga Bungee Jumping

Seru itu, sensasi  saat kita berhasil membantu persalinan dan merasakan dengan tangan kita sendiri bagaimana sebuah nyawa berdetak untuk pertama kalinya

Seru itu.....

"Kamu," katamu sambil memelukku dari belakang tiba-tiba. 

Yup, saat kamu datang ketika aku tengah merindukanmu setengah mati dan hampir gila.

Saat kamu tiba-tiba ada di hadapanku yang meracau galau bersama tumpukan kertas-kertas berisi sajak kerinduan tentangmu.

"Merindukanmu itu seru," katamu. Yang sudah berulang kali berhasil membuatku menangis dan tertawa untuk setiap ada dan tiadamu.





-Proyek #15HariNgeblogFF day 12-

Tentangmu yang Selalu Manis..

Aku mengingatmu sebagai sumber kesakitan.
Well, marahlah sesukamu begitu kamu membaca tulisan ini.
Mungkin banyak yang bilang bila kita tidak pernah merasakan sakit, maka kita tak akan pernah tau apa itu manis.
Jujur, aku tidak terlalu setuju.
Dulu, aku melihatmu sebagai sesuatu yang amat manis
Memanjakan seluruh indera perasaku
Sayang, tak ada yang abadi di dunia ini...
Bahkan kehadiranmu di hidupku membuat aku sakit pada akhirnya
Jadi, menjauhlah dariku...
Sampai segala kesakitan itu menghilang..
Sampai aku tak lagi mengingatmu sebagai hal yang menyakitkan
Karena sesungguhnya, aku terlalu mencintaimu untuk melepaskanmu begitu saja...

ps: kelak, akan kuganti ingatanku... dan segala kenangan tentangmu akan abadi bersemayam di hatiku.. Iya, tentangmu yang selalu manis, coklat...





-Proyek #15HariNgeblogFF day 11-

Sunday, January 22, 2012

Senyum Untukmu yang Lucu..

Semua mata memandangmu...
Semua tawa berkumandang untukmu..
Semua lidah berdecak penuh kekaguman untukmu..
Dan sayang, akan selalu ada sebuah senyum...
Senyum untukmu yang lucu, anakku..




-Proyek #15HariNgeblogFF day 10-
Inilah Aku Tanpamu

Bagai bunga yang merindukan lebah..

Layu..







-Proyek #15HariNgeblogFF day 9-

Saturday, January 21, 2012

Aku Benci Kamu Hari Ini..

"Temporary Memory  Loss?" 

"Iya, sel kankernya sudah menyebar dan menekan bagian otak tempat menyimpan memory. Kadang dia bisa lupa apa yang baru aja dia kerjain.. Kadang juga ingatannya bisa kembali.. Makanya, Tante mohon, kamu sabar ya.. Yang kuat, Dika.. Banyak-banyak berdoa.." 

Aku hanya mengangguk. Sambil menatap Diandra yang sedang berbaring dan tampak lemah di ranjangnya. Selang infus dan bandana yang menutupi rambut rontoknya tidak mengurangi kecantikannya sama sekali.

Ingin sekali aku menggenggam tangannya. Sayang, Diandra masih berada di ruang isolasi dan aku hanya bisa menatapnya dari balik jendela. 

"Dik.. Dika..." tepukan di bahu membangunkanku. Rupanya aku ketiduran. 

"Iya tante?" Aku bertanya dengan cemas pada mamanya Diandra.

"Kamu dipanggil Diandra tuh..." Tante menunjuk ke arah Diandra yang sedang tersenyum lemah padaku dari balik jendela.

Aku langsung bangkit dan mendekati jendela. 

"Apa? Kamu udah oke?" tanyaku lewat interkom yang dipasang di dinding luar ruangan Diandra.

"Aku oke. Udah nggak mual. Kamu ngantuk ya?" aku menggeleng. 

"Aku cuma mau minta maaf, Dik..." kata Diandra. Aku menatapnya bingung.

"Hah?"

"Aku nggak marah lagi. Kemaren waktu aku bilang benci kamu, aku nambahin dalem hati loh. Hari ini, kata aku. Jadinya, aku benci kamu hari ini. Cuma sehari. Besok-besoknya udah enggak. Jadi kita baikan yah sekarang??" tanya Diandra dengan wajah memelas. 

"Loh, kamu udah inget lagi Ndra?" kataku gembira. Kata-kata itu bukan kemarin diucapkannya. Itu pertengkaran kami 2 minggu lalu. Dan Diandra sudah tiga kali meminta maaf padaku seperti ini.

Diandra menatapku aneh. "Hah? Ya ingetlah... Maksud kamu apa sih?"

"Enggak... Enggak apa-apa sayaang.. Kamu yang kuat ya. Cepet sembuh.. " 

Diandra tersenyum manis dan mengangguk semangat. Lalu tiba-tiba dia mengerang kesakitan.

"Sayang? Kamu ngga pa-pa?" tanyaku panik. Diandra hanya menggeleng. Lalu tiba-tiba menatapku bingung.

"Kamu ngapain di sini Dika? Bukannya kita udah putus? Aku kan udah bilang. Aku nggak mau ketemu kamu lagi! Aku benci kamu!" Diandra berteriak histeris. 

Again?! Ya Tuhaaan......




-Proyek #15HariNgeblogFF day 8-

Wednesday, January 18, 2012

Sepucuk Surat (Bukan) Dariku..

Kamu tiba-tiba menghampiriku. Menatapku perlahan, lalu meletakkan sebuah amplop di atas meja. Kemudian kamu tersenyum manis padaku, dan berlalu dari hadapanku. 
Aku hanya bisa bengong menghadapi kejadian setengah menit itu. Lalu perlahan kubuka amplop yang kamu tinggalkan. 

'Jawabanku? Tentu aja aku mau, Ra...'

Aku mengernyitkan dahi, bingung membaca sebaris kalimat tulisan tanganmu. 
Aku membalik kertas putih itu dan terkejut. Ada tulisan tanganku di sana...

'Mau jadi pacarku, Ga?'
 -Lara-



Tepukan di bahuku membuyarkan lamunanku, tentang kejadian setahun lalu. Siapapun itu, aku berterima kasih padanya. Surat yang sampai padamu itu, sepucuk surat (bukan) dariku, adalah pengikat kita....

"Ayo pergi, Ra... Udah ditunggu mama di luar..." katamu lembut sambil menggandeng tanganku.




-Proyek #15HariNgeblogFF day 7-

Ada Dia di Matamu..


Kamu bertanya kenapa aku tak pernah memandangmu lekat-lekat..
Kamu bertanya kenapa aku tak mau bericara padamu bertatapan muka..

Ada dia di matamu...

Sayangnya kamu tak tahu...

Katanya, sebagai ganti mata hati yang telah kehilangan cahaya oleh sebuah luka..

Sayang, kamu tak tahu dan tak akan pernah tahu...




-Proyek #15HariNgeblogFF day 6-

Jadilah Milikku, Mau?

Satu detik..
Dua detik..
Semenit..
Dua menit..

Betapa aku menikmati permainan warna di wajahmu. 

Merah saat kamu malu-malu bertanya padaku, "Jadilah milikku, mau?"

Satu detik..
Dua detik..
Semenit..
Dua menit..

Lalu tiba-tiba mukamu memutih pasi saat aku menghela napas panjang...

Satu detik..
Dua detik..
Semenit..
Dua menit..

Dan akhirnya warna mukamu kembali merah saat aku mengangguk dan tersenyum manis padamu...

Ah, sampai kapanpun, rasanya aku tak akan pernah bosan memandang wajahmu...




-Proyek #15HariNgeblogFF day 5-

Sunday, January 15, 2012

"Aku maunya kamu, titik!"

Aku menghela napas berkali-kali. Harus bagaimana lagi menjelaskan padanya kalau aku nggak bisa. Nggak bisa dan nggak mau, tepatnya.

Angin menampar-nampar perlahan pipiku dan pipinya. Aku terdiam menatap ombak yang saling berkejaran di tepi pantai sana. 

Di sampingku ada gadis manis yang sudah lama kutaksir. Duduk bersila sambil sesekali bermain pasir, atau hanya menuliskan sesuatu di atasnya. Manis sekali. Seorang gadis mungil yang mandiri dan pekerja keras. Artis terbaik di klub drama kampusku. Dan sekarang, dia sedang merayuku untuk menjadi salah satu pemeran dalam drama terbarunya, yang jelas pasti akan merusak image-ku sebagai cowok cool di depannya.

"Kenapa sih kamu nggak mau?" tanyanya lirih. Aku terdiam. bingung harus menjawab apa. Bukannya sudah jelas ya? Kugaruk kepalaku yang tidak gatal itu. 

"Lah, kamu sendiri, kenapa milih aku? Aku kan bukan anggota klub drama kamu?" aku balik bertanya.

"Yaaaah... Aku maunya kamu, titik!" katanya keras kepala. 

Urggggh.... bagaimana caranya sekarang aku menolak gadis yang aku taksir, mengatakan kalau aku tidak mau dan tidak sudi untuk bermain dalam dramanya, sebagai waria??!! 



-Proyek #15HariNgeblogFF day 4-

Saturday, January 14, 2012

"Kamu manis, kataku..."


Kadang, umur bisa menjadi suatu masalah dalam hidup. Apalagi bagi sesuatu yang mengandalkan kecantikan. Semakin bertambahnya umur, kecantikan bisa memudar. Itu yang kurasakan. Disaat kita menua, pilihan menjadi sangat terbatas. Tak ada lagi yang melirik kita. Apalagi ketika di sekitar kita, semuanya berumur lebih muda.

Makanya, aku sangat terkejut ketika pejantan itu menghampiriku. Aku menoleh, memastikan sekeliling bahwa memang aku yang ditujunya. 

Aku menunduk malu ketika dia menyapa. Pelan sekali aku berbisik, "Aku? Kamu yakin?" 

Dia hanya tersenyum dan semakin mendekat. Aku menutup mata rapat-rapat dan kurasakan sesuatu menyentuhku. Agak sakit, tapi aku menyukai sensasinya. Ah, memang ya, kalau jodoh nggak akan kemana...

"Yakin? Jelas... Kamu manis, kataku..." begitu jawabnya.

Aku, bunga mawar yang akhirnya dihampiri seekor lebah, tepat sebelum aku layu.
 


-Proyek #15HariNgeblogFF day 3-

Friday, January 13, 2012

Kubilang aku rindu,
selebihnya biar semesta saja yang mengatur pertemuan kita...

Dag.. Dig.. Dug..

Jantungku berdebar kencang. Seingatku, ini pertama kalinya dalam hidupku aku merasa sepanik ini. 'Huuuft....' Aku menghela napas pelan untuk kesekian kalinya. Ruangan gelap ini semakin membuatku berkeringat dingin.

'Ya Tuhaaaan... Kenapa juga harus kuiyakan ajakan Rudi..' batinku putus asa. Terjebak dalam kondisi seperti ini bersamanya adalah sesuatu yang selalu aku hindari. Tapi, apa boleh buat, manusia terkadang tak punya pilihan dalam hidupnya. Apapun terpaksa harus dilakukan demi untuk bertahan hidup.

Gedubrak!! Kakiku menendang meja dan menjatuhkan sesuatu dari atasnya. Panik, aku melihat sekeliling. Hening. 
"Pssst!!! Hati-hati Jeki!!" Rudi berbisik pelan di belakangku.
"Ayo cepat ambil yang bisa di bawa. Buruan ya! Waktu kita nggak banyak.."
Aku hanya mengangguk. Perasaanku semakin tidak enak. Biasanya kalau seperti ini ada hal buruk yang akan terjadi. 

Dan benar saja, saat aku baru saja berjalan menuju sebuah ruangan di depanku, lampu tiba-tiba menyala. Uggh.... Aku benci kalau firasatku benar. 
Panik untuk kesekian kalinya, aku berusaha mencari tempat persembunyian. Panggilan Rudi tak lagi kudengar. 

"Siapa itu?" tiba-tiba ada suara merdu yang terdengar. 

'Dag..dig..dug...' jantungku semakin berdebar kencang. Aku bahkan hampir bisa mendengar suara jantungku sendiri. 

"Halooo...." suara itu semakin mendekati tempat persembunyianku.

'Dag..dig..dug...' kali ini kakiku yang gemetaran. Lemas sekali rasanya sampai aku ingin jatuh. Dan aku memang jatuh. Dalam hati aku mengumpat berkali-kali. Menyalahkan Rudi yang membuatku melakukan pekerjaan hina ini sekaligus berdoa agar malam ini aku bisa terselamatkan dari hal-hal buruk.

Sayangnya, jatuhku menimbulkan suara. Kali ini yang terdengar selain debar jantungku adalah langkah kaki yang semakin mendekat ke arahku.

'Ya Tuhaaaaan.... Lindungi aku. Ampuni aku karena sudah berniat jahat. Tolong aku Tuhaaan....' aku berdoa dalam hati. Menjerit dalam hati, tepatnya.

Langkah kaki itu semakin mendekat. Si pemilik suara merdu itu hanya tinggal membalikkan badannya ke kanan untuk melihatku yang bersembunyi di balik lemari buku.

"Siapa di sit..."
 
'Ya Tuhaaaaaan.....' Aku memejamkan mata ketika si pemilik suara merdu itu berbalik tepat di hadapanku.

Sedetik. Dua detik. Aku menunggu. Hening. Tak ada reaksi apa-apa dari si pemilik suara merdu. Penasaran, aku membuka mataku perlahan. Di hadapanku, ada gadis cantik dengan mata terbelalak indah, sedang memegang stik baseball di tangannya.

"Je....ki...?" Aku terkejut melihat namaku meluncur dari bibirnya yang merah merekah itu. Aku membuka mataku lebih lebar. 

Astaga!!! Aku langsung mengutuki kebodohanku. Bagaimana aku bisa tidak sadar kalau ini adalah rumah gadis yang selama ini aku taksir???!!!

"Kamu....ngapain di sini??" tanya gadis di depanku yang masih belum pulih sepenuhnya dari keterkejutannya. Stik baseball di tangannya terlihat bergetar. Gadis itu ketakutan. 

Dag...dig..dug.. 'Ya Tuhaaaan... Seandainya aku bisa menghilang...' 



-Proyek #15HariNgeblogFF day 2-

Thursday, January 12, 2012

"Halo, siapa namamu?"

Pertemuan pertama dengannya menurutku sungguh aneh. 

Dia cantik. Mungil. Putih. Rambutnya panjang. Bibirnya merah merekah. Mirip sekali dengan boneka Barbie kepunyaan Lisa, adikku.

Aku sering mengintip keluar jendela hanya untuk melihat sosoknya. Saat dia sedang duduk bersama temannya yang sama cantiknya. Terkadang aku bisa sampai lupa waktu. Hanya untuk melihatnya diam-diam dan mendengar suaranya. Hingga Mama masuk ke kamarku dan mengingatkan bahwa sekarang sudah waktunya tidur, karna aku harus sekolah keesokan harinya. Makanya, aku suka sekali malam Minggu. Karna Mama jarang mengecekku, apakah aku sudah tidur atau belum.

Aku penasaran sekali dengannya. Pernah suatu malam aku diam-diam keluar rumah, ingin melihat sosoknya dari dekat, tapi begitu aku sampai di pagar samping rumahku, sosoknya menghilang. Ah, mungkin karna sudah terlalu malam, pikirku. Bukannya semua anak seusiaku harus tidur cepat ya? Karna kata Mama, dalam masa pertumbuhan, anak-anak harus tidur cukup. 

Akhirnya malam Minggu berikutnya aku keluar rumah, setelah sebelumnya memastikan dia ada di tempat biasanya, dengan mengintip keluar jendela terlebih dahulu. 

Aku berjalan pelan-pelan agar Mama, Papa dan adikku tidak tahu aku keluar rumah. Aku memutari rumahku dengan jantung berdebar-debar. Tak sabar ingin segera berkenalan dengannya. Dan malam ini, nampaknya aku beruntung. Gadis mungil itu masih duduk di tempatnya. Sendiri. 

Aku gugup. Perlahan sekali aku berdehem. Dia menoleh cepat ke arahku. Rupanya dia mendengar. Lama ditatapnya aku. Dan aku hanya bisa terdiam melihat wajah cantiknya. 

"Ha..halo.. Siapa namamu?" aku memberanikan diri bertanya. Kutelan ludah berkali-kali, sambil menunggu reaksinya.

Matanya membelalak indah. "Kamu......bisa ngeliat aku?" pertanyaan aneh, menurutku, meski suaranya merdu sekali. 

Sebelum aku menjawab, sebuah teriakan dari dalam rumah mengagetkan kami berdua. 

"Rangga!! Kamu ngapain di situ? Mama kan udah bilang samping rumah kita  itu angker. Jangan dekat-dekat makam itu, nak!" teriak Mama yang sudah berlari bersama Papa menyusulku. 
Teriakan mereka membuat gadis cantik di atas pohon itu ketakutan. Sedetik setelah aku memalingkan wajahku kembali ke arahnya, gadis cantik itu melayang. Aku sampai takjub dibuatnya. Dia bisa terbang! Aku semakin kagum padanya. Sampai dia berbalik dan aku melihat sesuatu. Rambutnya yang panjang tertiup angin hingga menampakkan bagian punggungnya yang bolong. Iya, bolong.

Detik berikutnya, aku sudah berada di rumahku. Kata Mama aku pingsan. Mama bertanya apa yang kulihat. Aku hanya diam. Menelan ludah, pahit rasanya. Aku sedih. Pertemuan pertamaku dengannya, aku belum sempat mengetahui namanya. Tapi firasatku berkata, sepertinya, itu juga akan menjadi pertemuan terakhir dengannya.



-Proyek #15HariNgeblogFF day 1-

Sunday, January 08, 2012

Ternyata Cinta Adalah Kerinduan...

Di Senin yang dingin, #TernyataCinta hadir di antara hembusan angin. Tiupkan rindu yang mengalun sendu dalam ingin.

Aku mengejar asa di hari Selasa, dan #TernyataCinta bisa merasa. Jauh darimu aku tak akan pernah terbiasa.

Rabuku kelabu, #TernyataCinta seperti hati yang membeku. Kataku, itu rindu yang tak sabar untuk luluh di pelukmu.

Aku bisa tersenyum manis pada hari Kamis. Karena #TernyataCinta mengerti. Sabar menanti sampai hari berganti.

Semangatku menggelora di hari Jumat. #TernyataCintaku penuh hasrat, dan kini tangisku tak lagi pernah kumat.

Sabtu, hatiku tak lagi membatu. Sebab #TernyataCinta bisa menunggu.  Seminggu berlalu, kini saatnya aku rebah di dadamu.

Dan Minggu, hatiku berdebar tak menentu. Meski #TernyataCinta untukmu tak akan berdebu, perpisahan tetap membuatku sendu.

Dan aku kembali merindukanmu....

Hari Itu...

Akan kuselipkan satu hari di dalam ingatanku dan juga ingatanmu..
Hari di mana aku memutuskan untuk (berkata) berhenti mencintaimu…

Mungkin dengan begitu, kau akan terus mengingatku..
Meski sebagai duri yang menusuk jantungmu hingga berhenti mendetakkan cinta..

Iya, itu aku..

Yang pernah memutuskan untuk (berkata dengan bibirku) berhenti mencintaimu..
Tapi tidak dengan hatiku..

Saturday, January 07, 2012

Sepagi Ini, Aku Sudah Merindukanmu...

Sepagi ini sudah kuhitung rindu untukmu lewat rintikan hujan yang membeku..
Sepagi ini sudah kutulis namamu di jendela kamarku yang berembun..
Sepagi ini sudah kusebut namamu berulang kali dalam doa di atas sajadah hijauku..
Sepagi ini, sudah banyak ingatan tentangmu memenuhi kepalaku yang selalu denyutkan kerinduan..
Sepagi ini, sudahkah kamu merindukanku?

Friday, January 06, 2012

Jelmakan Rindu

Akulah hujan, melarutkan kenangan.
Telah kupasrahkan segala angan, kini aku hanyalah bayangan.

Akulah petir, debar langit yang terkadang menangis getir.
Jerit kesakitan yang sering kau sebut takdir.

Akulah angin, meniupkan serpihan mimpi yang telah mendingin.
Desah mengalun sendu dalam ingin.

Aku bisa menjadi apapun untukmu.
Jelmakan rindu yang berlarut-larut tanpa temu.
Hingga akhirnya ingatan tentangmu berakhir semu.

Sunday, January 01, 2012

Pesan Pertama di Tahun Baru

"Pagi... Kamu udah bangun? Sakit ngga kepala kamu? Hangover ya? Dasar bandel! Hehehehe... Bangun gih! Aku tunggu di rumah yaaa... Daagh... Sayang kamu, banget!!!"

Aku terdiam membaca pesan itu. 
'Sent: 09.00, Tue, January 01, 2011'

Satu tahun lalu. 

Entah keajaiban apa yang akhirnya bisa menyalakan handphone di tanganku ini. Handphone yang dulu rusak terinjak saat aku mabuk-mabukan seminggu setelah pemakamanmu.
Entah ingatan apa juga yang telah membawaku memasuki ruang kerjaku, dan membuka laci yang sudah terkunci selama hampir setahun ini. Laci yang penuh barang-barang tentangmu.

Kubaca sekali lagi pesanmu. Dan terhenyak perlahan. Ada nyeri di dadaku.

"Rista.... hari ini aku nggak mabuk. Pesanmu jelas terbaca di mataku. Tak ada sakit kepala yang menyerangku saat terbangun, hingga harus merengek manja dan memintamu untuk datang, bukannya menemuimu seperti janjiku malam sebelumnya."

Berjuta kata seandainya sering aku ucapkan setahu belakangan ini. 

"Ah Rista.. Seandainya saja, semua yang terjadi  malam itu tidak terjadi, pasti pesanmu ini akan menjadi pesan pertama di handphoneku, pagi ini. Di tahun baru ini. 
Bukan pesan terakhirmu, di hari terakhir hidupmu."

Happy New Year, The New Me...

Melepas kenangan, menggapai mimpi.
Dan doa adalah penuntun terbaik menuju kebahagiaan.
Selamat tahun baru, aku, diriku dan hatiku..

~2012, tahun yang (semoga) penuh dengan kebahagiaan~