Monday, March 28, 2011

Purnama..


Dan sempurnalah satu purnama..
Saat sinarnya jatuh ke wajahnya..
Tapi awan hitam itu tak mau pergi..
Terus membayangi dan menutup ceria malam..
Aku disini menatapnya..
Jauh...
Hanya berduka..















(Anonymous)

Friday, March 25, 2011

DIA, Cahayaku...

Aku sudah terbiasa dengan segala macam kegelapan di dunia ini. Birunya langit, terangnya sinar mentari, beranekanya warna bunga. Bagiku semua terasa sekelam langit malam. Hanya suara-suara yang terdengar di telingakulah yang selalu menjadi penghubungku dengan dunia luar. Diluar kegelapan yang selalu melingkupiku.
Ada seseorang yang pernah berkata padaku, bahwa dalam gelap, pastilah ada petunjuk yang akan membimbingmu menuju dunia cahaya. Dan aku tidak pernah mengerti apa maksud kata-katanya itu. Tidak saat itu, maupun saat ini. Seandainya aku tidak bertemu dengan DIA.
“Kamu tau, mawar itu nggak cuma berwarna merah loh..” katanya padaku. Ingin mengenalkanku pada keindahan bunga mawar yang selama ini hanya bisa aku ciumi saja wanginya.
“Bulan itu punya bermacam-macam bentuk. Tapi aku paling suka saat bulan berbentuk bulat penuh. Purnama. Full moon,” jelasnya lagi di lain kesempatan. Romantis, katanya, bulan purnama itu. Karna sinarnya paling terang diantara malam-malam yang lain. Membantu kita agar kita tidak tersesat di saat tidak ada cahaya apapun.
“Musim gugur, itulah saat dimana pepohonan yang tadinya memiliki daun berwarna hijau, lalu mulai menguning dan jatuh satu-persatu..” Satu dari empat musim yang paling disukainya.
“Dan langit, tidak selalu berwarna biru cerah. Ada kalanya langit menjadi gelap. Kelam. Kelabu. Tanda bahwa semesta ingin menangis…” katanya mencoba menghiburku saat kesedihan melandaku. Bahwa rasa sedih itu wajar adanya. Bukan Cuma aku yang bisa merasakan kesedihan. Bahkan semesta raya yang begitu agung pun, terkadang bisa menangis.
Tak terhitung banyaknya cerita yang dia sampaikan padaku. Dia menjadi cahaya bagiku di antara semua hari gelapku. Dan dia menjadi mataku. Untuk menikmati semua keindahan yang ditawarkan dunia. Dalam arti yang sesungguhnya.
“Ilonka.. operasi kamu sukses. Sekarang, coba dibuka matamu perlahan yaa..” suara yang sudah akrab di telingaku selama 1 bulan ini memerintahku untuk membuka mata. Aku menurutinya tanpa ragu. Silau. Perih. Itu yang aku rasakan, saat aku membuka mataku pertama kalinya, setelah suaranya yang selalu mendongengkan tentang keindahan dunia itu tidak pernah terdengar lagi di telingaku. Menghilang dengan tiba-tiba.
Hampa. Rasa yang lebih mendominasi perasaanku. Meskipun berjuta warna yang selama ini hanya pernah aku ketahui dari cerita, sudah bisa aku saksikan sendiri. Dengan mata ini. Mata pemberiannya. Mata seorang donor yang selama 3 tahun ini selalu ada disampingku. Yang selalu bercerita tentang semua hal yang pernah disaksikannya melalui sepasang mata, yang saat ini mulai mengeluarkan cairan bening yang terasa agak asin di pipiku. Dia. Yang pergi dengan seuntai pesan untukku.
“Nikmatilah hari-harimu. Lihatlah semua hal yang selalu ingin kamu lihat selama ini. Dan juga, gantikan aku menyaksikan kebahagiaanmu mulai saat ini. Mata ini, akan mengggantikanku menjagamu. Akan memberikan sinar yang menuntunmu di dalam kegelapan. Cahaya itu selalu ada.. Untukmu…” pesannya untukku.












Dia. Cahayaku. Cintaku. Yang telah pergi…

Everytime...

I'm afraid I'm starting to feel
What I said I would not do
Aku pernah jatuh cinta. Pernah juga patah hati. Ketika cinta datang mengetuk, selalu kubukakan pintuku lebar-lebar. Menghirup udara kasih sebanyak yang aku mampu.
One half want me to go
Other half wants me to stay
I just get so all confused
Tapi cinta hanya mampir. Tak pernah ia tinggal lama dalam ruang yang aku punya. Ia selalu mencela keadaan. Tak pernah nyaman dalam kekelaman.
Akhirnya kubiarkan ia pergi. Walau suguhan yang telah kusiapkan bahkan tak tersentuh. Aku merasa ditolak oleh keadaan. Oleh kesemuan yang selalu hadir. Yang mengganti sebuah nama untuk terus melukai dengan lebih dalam.
The last time really hurt me
I'm scared to fall in love
Cause every time I see your face
My heart does begin to race every time
Ketika mereka mencoba berkata, sudah terlanjur kututup daun telingaku ini. Aku menjadi buta dan tuli dihadapan mereka. Tapi tidak bisu. Agar aku masih bisa berteriak dengan lantang di setiap celah dan lubang dunia.
Berkata bahwa aku ingin suguhanku disentuh dengan kehangatan. Bahwa dalam gelap itu, masih ada setitik cahaya terang.
Tapi takdir malah tertawa. Ia tak pernah melihat dan mendengar jeritanku. Karna kini ia menjadi buta dan tuli. Hanya tertawa dan tersenyum.
But every time your love is near
And every time I'm filled with fear
Dan waktu cinta datang lagi, mengetuk untuk yang kesekian kali. Aku sungguh merasa takut. Takut bahwa ia hanya akan mempermainkanku.
I'm scared to fall in love
Afraid to love so fast
'Cause every time I fall in love
It seems to never last
Dalam kebutaan dan ketulianku yang hanya bisa menjerit kesakitan.
Could it be that this will be the one that lasts
The fear does start to erase every time
Oh could it be that this will be the one that lasts
For all my times

(Everytime by Janet Jackson) 

Monday, March 21, 2011

Dalam Diam, diantara Rintik Hujan..

Kamu bukan laki-laki romantis. Boro-boro ngebeliin aku bunga, ngomong “I Love You” aja cuma sekali. Itu juga karna kita berantem hebat dan aku minta putus dari kamu. Saat itulah, kamu, untuk pertama kalinya bilang kalo kamu cinta sama aku. Kalo kamu nggak pengen kehilangan aku. See?? Nggak romantis kan kamu?? Tapi…. Kamu suka hujan. Entahlah. Itu hanya pemikiran aku aja sih. Karna setiap kali hujan turun, kamu seringkali terdiam, memalingkan muka kearah jendela yang bisa memperlihatkan tetesan air hujan untukmu. Dan matamu, berubah menjadi sendu. Hmmm.. kamu nggak romantis, tapi kamu melankolis…
***
“Kar…kamu bengong lagi deh,” panggilku untuk yang ketiga kalinya. Dan kali ini, Karsa mendengar.
“Hah? Kamu ngomong apa?” aku merengut kesal.
“Huuuh..kamu itu ngeselin banget sih?Kenapa kamu selalu bengong mendadak sih kalo hujan turun??” tanyaku langsung tanpa basa-basi. Karsa mengerutkan alisnya. Bingung.
“Maksud kamu? Aku nggak ngerti..”
“Ya itu. Setiap kali hujan turun, kamu pasti langsung terdiam. Langsung melirik kearah jendela. Ngeliatin hujan. Kenapa sih? Segitu sukanya sama hujan ya? Ada kenangan manis saat hujan dulu??” aku nyerocos tanpa henti. Karsa yang tadinya bengong, sekarang menatapku sambil tersenyum geli.
“Hihihihi… Miranda…Miranda, kenapa kamu punya pikiran aneh gitu sih? Emangnya aku itu kamu? Yang moodnya berbanding lurus dengan perubahan cuaca. Coba kalo lagi cerah, kamu pasti ketawa-ketawa. Terus, kamu juga selalu mellow setiap kali mendung. Nah, emang aku gitu?” Karsa balik bertanya.
“Huuuuh.. Semua kata-kata aku pasti diputer-balikan..” aku tambah manyun. Karsa hanya tergelak dan mengelus rambutku pelan.
“Aku suka hujan, karna menurut aku, hujan itu membawa rezeki. Walau sekarang sih seringnya bawa bencana. Yaah, dulu sih mama sering ngajarin aku buat sekedar bersyukur begitu hujan datang. Karna hujan itu datangnya dari langit. Dan di langit itu ada Tuhan. Dan juga, segala sesuatu yang datang dari Tuhan, adalah yang terbaik untuk kita…” jelas Karsa. Aku hanya bisa termenung mendengarkan ucapannya.
“Mir..?” panggil Karsa pelan ketika aku tak bereaksi.
“Eh.. hmm..aku speechless.. Gak nyangka aja kamu punya pikiran kayak gitu. Kirain…” Karsa langsung memotong ucapanku.
“Apa? Kamu ngiranya aku diem kalo hujan karna aku punya kenangan sedih saat hujan? Kayak diputusin di bawah rintik hujan, gitu??” Karsa tertawa mendengar leluconnya sendiri. Aku hanya tertunduk malu.
“Uuugh.. udah ah. Gausa di bahas lagi tentang hujan. Aku kenyang nih. Abisin mie goreng aku dong..” aku berusaha mengalihkan pembicaraan. Kudorong  piring makanku kearah Karsa.
“Iiih, makanya tadi aku bilang, kalo kamu nggak suka mie goreng ya gausa mesen dong. Sayang kan…” Karsa menjitak kepalaku.
“Abisnyaaa..aku kan penasaran. Kenapa si kamu cinta banget ama mie goreng? Menu kamu nggak pernah berubah tiap kali kita makan disini..” kafe Starlight memang kafe favoritku dan Karsa. Karna di kafe inilah segala cerita cinta kami dimulai.
“Selera dong, Mir.. Orang kan beda-beda..” jawab Karsa sambil mulutnya mengunyah mie goreng kesukaannya.
“Ya ya ya ya… aku udah apal kata-kata kamu. Pasti abis itu kamu bakalan bilang, ‘lagian untuk cinta kan nggak butuh alasan. Justru kalo pake alasan, itu bukan cinta..’ iya kan??” aku menirukan kalimat Karsa dengan tepat dan membuatnya tersedak karna menahan tawa. Langsung kusodorkan gelasku kearahnya.
“Uhhuuuk.. hahahaha.. Kamu itu lucu banget si Mir???” Karsa mencubit pipiku dengan gemas. Aku langsung manyun dan menepis tangannya kasar. Huh, mentang-mentang dia 3 tahun lebih tua, aku selalu dianggapnya anak-anak.
Karsa sendiri tampak tidak perduli dan terus melanjutkan makannya. Menghabiskan porsi mie gorengku.
Aku, yang lalu sibuk dengan ipod dan BB-ku, tidak sadar sudah beberapa saat berlalu. Sampai Karsa menyentuh lenganku perlahan.
Aku mengangkat alis dan menatapnya, sambil melepaskan earphone dari telingaku.
“Ya? Kamu uda selesai makannya?”
Karsa mengangguk. Dan saat itulah aku sadar bahwa meja di depanku sudah bersih dari segala macam piring bekas makan dan gelas.
“Kamu udah mau pulang?” tanyaku lagi. Kali ini Karsa menggeleng.
“Kamu gak mau mesen dessert Mir? Biasanya kamu suka waffle coklat kan?”
“Iyah. Emang aku mau mesen. Hehehehe…” Karsa lalu berdiri.
“Yaudah. Aku pesenin deh, sekalian mu ke kamar mandi.”
Aku hanya mengangguk dan memasang kembali earphoneku. Dan lagi, aku tenggelam dalam keasyikanku sendiri sampai tidak menyadari kehadiran Joni, pelayan kafe yang awalnya menjadi cupid untukku dan Karsa.
“Hei Jon. Lo berdiri dari kapan disitu? Bukannya manggil…” kataku sambil nyengir nggak enak ngeliat Joni mulai manyun.
“Iiiih… gue udah manggil kaleeee. Tapi lo ajah yang gak denger. Huuuuuh… pegel nih cyiin!" Joni mengeluarkan bahasa gaulnya, lengkap dengan gaya melambainya, membuatku tergelak.
“Huuh, ketawa melulu. Udah ah, tuh wafflenya. Selamat menikmati. Oya, cyyiin.. Karsa itu cinta banget ya ama kamu.. beruntung banget deeeh kamu cyyiin…Jangan dilepas yaaaah…” Joni mengedipkan sebelah matanya padaku dan berlalu sambil bersiul-siul. Aku menatapnya bingung sesaat, tapi kemudian aku memutuskan untuk tidak memusingkan kata-kata Joni. Dia emang aneh sih.
Aku dengan santai melahap potongan-potongan waffleku, sampai Karsa datang dan duduk lagi didepanku.
“Lama amat sih? Kamu mau nggak?” tanyaku sambil bersiap menyuapkan potongan waffle ke dalam mulutnya. Karsa menggeleng.
“Kamu abisin aja semuanya. Nggak boleh ada sisa yaaa…” aku mengangguk. Menikmati waffleku. Karsa hanya menatapku. Aku meneliti wajahnya sebentar sebelum melanjutkan suapanku. Tatapannya cemas. Aku letakkan kembali garpuku.
“Kar, kamu kenapa? Muka kamu pucat loh..” aku menyentuh dahinya perlahan. Dingin. Karsa menepis pelan tanganku, sambil tersenyum.
“Aku nggak sakit kok. Gih, abisin waffle kamu. Es krimnya udah mulai cair tuh. Buruan dimakan…” Karsa mengalihkan perhatianku. Aku mengangkat bahu, dan melanjutkan kembali makanku. Karsa memang begitu. Kalau lagi ada masalah, dia akan diam sampai ngerasa tenang baru mau cerita. Jadi, ya tugasku hanya menemaninya dalam diam.
Aku terus makan sambil sesekali melirik kearahnya yang masih menatapku. Tajam. Tiba-tiba,
“Auuw… aduuh, apaan nih?” teriakku kaget sambil memuntahkan isi mulutku ke tangan. Ada sesuatu yang keras di dalam waffleku. Atau es krimku? Entahlah. Aku tidak terlalu memperhatikannya. Mataku sibuk melirik Karsa tadi.
Aku melihat kearah telapak tanganku yang berisi lelehan es krim dari mulutku. Aku ambil tissue dan buru-buru melap tanganku. Sempat kulirik Karsa. Anehnya dia tidak bereaksi sama sekali. Aku menggeleng bingung.
Dan keherananku, jadi tidak ada artinya saat aku menatap telapak tangan kananku yang sudah bersih dari lelehan es krim. Aku tertegun. Cincin? Sedetik kemudian otakku mulai bekerja. Ada cincin. Di dalam es krimku. Dan Karsa yang memesannya tadi. Aku langsung merasakan bahwa mukaku memerah. Deg-degan.Dengan takut-takut aku mengangkat mukaku, menatap lurus kearah Karsa yang masih diam di depanku. Dan Karsa tersenyum gugup.
So?” aku diam. Bingung dengan pertanyaannya. Karsa rupanya mengerti kebingunganku.
“Ng.. aku sedang ngelamar kamu, Mir. Ng.. so?” Karsa bertanya gugup. Mukanya memerah. Lucu sekali. Ingin rasanya aku tertawa kalau nggak ingat bahwa suasana ini mestinya romantis. Ada rintik hujan diluar, si Joni yang sedang memainkan lagu Marry Me milik Train dengan piano, dan cincin lamaran yang disembunyikan di dalam es krim! Romantis kan?? Mestinyaaa… Kalau saja Karsa nggak menutupnya dengan satu kata. ‘SO?’ Emangnya itu kata-kata lamaran ya?? Aku hanya bisa tersenyum geli. Aku lupa. Karsa kan memang nggak romantis. Menyiapkan semua ini aja, aku yakin udah bikin dia pusing. Aku menatapnya lagi.
“Kamu ngelamar aku?” tanyaku pede. Entah kenapa, rasa kaget, malu dan gugupku hilang.
Karsa mengangguk. “Kamu mau? Hmmm… menikah dengan aku?”
“Kenapa?” tanyaku iseng. Aku menikmati sekali semburat kemerahan di pipinya yang putih itu.
“Ng.. kenapa? Yaaah.. kan kita pacaran. Udah lumayan lama. 2 tahun. Dan..aku..aku ngerasa nyaman sama kamu. Aku ingin..ngabisin sisa hidup aku sama kamu..” jelas Karsa. Cukup panjang.
“Dan? Kenapa kamu mau ngabisin hidup kamu sama aku?” tanyaku lagi. Keras kepala. Karsa masih belum menyebut 3 kata itu. Kali ini dia terdiam. Menatap wajahku lama sebelum akhirnya menarik nafas.
“Aku cinta kamu, Miranda… dari dulu, sejak pertama kali ketemu di kafe ini. Sampai detik ini. Rasa itu nggak berkurang sedikitpun. Dan aku tahu pasti, kamu juga begitu. Lagipula, aku udah bilang kan tadi, buat aku, hujan itu turun membawa rezeki. Dan aku yakin, rezeki aku hari ini adalah, berhasilnya aku mendapatkan calon istri.. Nah, sudah cukup penjelasan aku? Kamu udah puas ngerjain aku? Kalau udah, giliran kamu yang jawab sekarang…” Karsa tersenyum manis. Dan memperlihatkan lesung pipi yang sangat aku sukai di kedua pipinya.
Ok, aku ralat kata-kata aku, bahwa Karsa itu nggak romantis. Dia cukup romantis kok. Buktinya, saat aku menganggukkan kepalaku, Karsa langsung tersenyum lega, dan berlutut di hadapanku. Memasangkan cincin di jari manis kiriku dan mengecupnya perlahan. See?? Karsa itu romantis. Meski mungkin hanya saat hujan turun…. ^_^

-Masih dari sumber inspirasi yang sama, yang digabungkan dengan sedikit harapan yang sudah (terpaksa) dilupakan. For you, dear my one and only inspiration, if you ever read this- 

Will You Wait For Me?

K:   Wanda, mohon maaf lahir batin ya.. Atas semua kesalahan aku dimasa lalu hingga detik ini. Insya Allah kita punya silaturahim yang lebih baik lagi. Tengkyu Wanda.. For everything.. Be Happy, okay??
W:  Heh? Kamu kenapa Ken?
K:   Nggak kenapa-kenapa, Wan.. Takut ada yang salah, kan nggak enak..
W:  Tapi kenapa tiba-tiba? Ini kan nggak lagi lebaran.. Aneh ah..
K:   Ya nggak pa-pa donk.. Masa harus nunggu lebaran sih? Daripada telat….hehehehee…
W:  Aaaaah..kamu aneh ah. Itu di FB juga kamu ngomong gitu. Seriously, ada apaan sih? Aku kaget..
K:   Lha, kan aku nggak tau pernah buat salah ama siapa aja, Wan.. jadi ya wajar dong klo aku ngomong gitu di FB.
W:  Iya siiiiih… tapi kan kalo ada yang tiba-tiba minta maaf kayak gini, aku jadi parno… 
K:   Hahahahaha… enggaklaah.. Nggak ada apa-apa..
W:  Iiiiiiih… aku serius Ken….
K:   Iyaaa… seriussss…
W:  Kamu nggak kenapa-kenapa kan???
K:   Enggaaak..
W:  Kamu nggak lagi sakit kan??
K:   Alhamdulillah aku sehat…
W:  Mama, papa, mas Leo, Babas, ama Puput nggak ada masalah kan???
K:   Mereka baik-baik aja, Wanda.. Keluarga aku rukun damai sentosa..Makasih udah nanya..
W:  Atooo.. kamu lagi sedih? Lagi galau ya??
K:   Hehehehehe… itu juga enggak kok…
W:  Hmmmmpphhhh… :(
K:   I am fine:)
W:  Beneran nih nggak ada apa-apa??
K:   Hahahahaha… iya.. beneran..
W:  Hhhh… yowess…. Tentang kesalahan kamu, uda pastilah aku maafin… dari dulu, Ken.. Tenang ajaaah.. hehehehe..
K:   Makasiii Wanda…
W:  Feeling any better?
K:   Yup, insyaAllah.. thanks to you
W:  Oya, abis ngomong kayak gini, kamu juga jangan tiba-tiba ngilang yah… :)
K:   Enggaklaaah Tenang aja Insya Allah masih di bumi kok.. gampang nyarinya.. you have all my contacts, rite?
W:  Hmmm.. yaudah kalo gitu.. kamu bobo gih.. udah jam 1 malem nih.. jangan lupa berdoa yaaah…
K:   Siaaaap Wan.. :)
W:  Soalnya sih aku tau ada sesuatu (tetep maksa :p) meski kamu nggak mau ngaku.. hihihihihi…
K:   Hahahahaha… enggak ada apa-apa, Wanda Kintania Sudirga… Tenang aja, okay?
W:  Okaaaay… sweet dream Kenaro Adiwijaya… jangan mikir yang aneh-aneh yaaaa….
K:   Nggak kebalik tuh?
W:  Oh iya deng.. hehehe… nitey nite, Ken… *bighug*
K:   Siiiip… makasi banyak ya Wanda.. Goodnite, girl.. Have the sweetest dream, okay? *smooch*

Wanda menatap nanar ke layar BBnya. Percakapan terakhirnya dengan Kenaro via BBM, 4 tahun yang lalu masih tersimpan. Bukan hanya sekali Wanda mencoba menghapusnya. Tapi jarinya tak kuasa meski hanya untuk memencet tombol Yes. Sejak dia mendapat kabar itu. Malam dimana Kenaro Adiwijaya, sahabatnya, secret desire-nya, cinta sejatinya, pergi untuk selamanya.
“Hhhhhfff…” Wanda menghela nafas pelan. Dilihatnya gaun hijau pupus yang dihamparkan di tempat tidurnya. Mau tidak mau, Wanda teringat lagi akan Kenaro.
‘Wan…Happy Birthday yang ke-21 yah. Gaun ini kado dari aku.Tapi aku nggak mau kamu pake sekarang. Janji yah, kamu akan memakai gaun ini saat pesta pertunangan kamu nanti’
Saat itu Wanda mengangguk dengan semangat. Karna dia yakin bahwa nantinya toh dia akan memakai gaun itu untuk Kenaro.

I need to talk with you again

Why did you go away?

All our time together still feels like yesterday...

“Ken, aku kangen sama kamu. Aku pengen ngobrol banyak sama kamu. Ada yang pengen aku tanyain, Ken.” Wanda berkata pelan pada foto Kenaro digenggamannya.
“Aku dilamar, Ken. Sama Rangga. Tapi aku nggak tau, aku seberapa besar cinta aku ke dia. Karna aku cintanya masih sama kamu. I gave my heart away a long time ago. My whole heart. And I never really got it back. You took it away, Ken…” perlahan, diusapnya air mata yang mengalir di pipinya.
“Kamu nggak suka ngeliat aku nangis ya Ken?”

And if I promise not to feel this pain

Will I see you again? Will I see you again?

“Kamu mau aku bahagia? Gimana caranya Ken? Aku kangen banget sama kamu. Aku pengen ketemu kamu. Tapi nggak bisa. Cuma kematian, Ken, yang akan mempertemukan kita. Lalu aku harus gimana?” Wanda menarik nafas panjang. Mencoba menahan tangis. Sebelum seluruh make-upnya luntur.
“Ken, kasih tau aku dong! Kamu kan orang yang selalu punya jawaban atas pertanyaan aku.”

And all the tears I cry,

No matter how I try,

They'll never bring you home to me

Mata Wanda melirik kearah pergelangan tangan kanannya. Melingkar gelang pemberian Kenaro. Charmed bracelet, gelang yang punya banyak doa untuknya. Bandul gelang itu ada 5. Bentuk ‘anjing’ yang berarti adanya seorang sahabat sejati, bentuk ‘sepatu’ yang mendoakan agar setiap langkah selalu dalam lindungan Allah, bentuk ‘rumah’ yang berarti akan selalu ada tempat untuk pulang ke pelukan orang-orang yang menyayangi kita selelah apapun kita berjalan, bentuk ‘bunga’ yang mendoakan agar kehidupan selalu seperti musim semi yang selalu penuh keceriaan, dan terakhir, bentuk ‘hati’. Doa untuk kebahagiaan cinta, untuk terus percaya bahwa selamanya, akan selalu ada orang yang menyayangi kita.
Wanda menatap foto Kenaro sekali lagi. Dikecupnya perlahan. Kemudian berbisik,
“Kamu mau aku bahagia kan, Ken? Makanya kau ngirim Rangga buat aku. Sepupu kesayangan kamu yang paling kamu percaya buat ngejagain aku. Orang yang sayang sama aku seperti kamu sayang aku. Iya, Ken? Meski kamu dan Rangga tau kalau kamulah satu-satunya orang yang aku cintai di dunia ini. Meskipun kalian tau, bahwa keberadaan kamu nggak akan pernah hilang dari hati aku. Dan meskipun tau itu semua, Rangga tetap bilang kalau dia akan nemenin aku ngelewatin semua ini. Bahwa pada saatnya nanti, saat semesta mempertemukan kita kembali disana, ditempatmu sekarang, Rangga akan tersenyum untuk kita. Dan mendoakan kita.
Karna menurut Rangga, kamu akan selalu menungguku disana. Kebahagiaan seperti ini, Kenaro, yang kamu harapkan untukku?”

Coz time will pass me by

Maybe I'll never learn to smile

But I know I'll make it through,

If you wait for me...

Meski mungkin nggak adil buat Rangga, meski mungkin aku nggak akan pernah bisa mencintai dia seperti aku mencintai kamu, sesayang apapun aku ke Rangga. Tapi Rangga akan tetap menjaga aku, untuk kamu Kenaro. Sampai saatnya kamu yang mengambil alih tugas itu lagi dari Rangga..”
Ketukan di pintu membuat Wanda buru-buru menghapus air matanya.
“Mba, keluarga mas Rangga udah datang. Siap-siap gih..” Dira, sepupu Wanda mengingatkan. Wanda mengangguk singkat.
Perlahan Wanda berdiri dan mengganti bajunya dengan gaun yang sudah disiapkan. Gaun hijau pupus dari Kenaro.
Diliriknya sekali lagi foto Kenaro.
“Ken, I know I'll make it through.. If you wait for me... In heaven.. Will you, Kenaro?” dikecupnya foto itu perlahan. Lama.
Kemudian dengan hati-hati diletakkan kembali di meja kecil di samping tempat tidurnya. Di sebelah foto Rangga.
Senyum Wanda mengembang perlahan melihat kedua orang yang sangat berarti baginya itu. Dipejamkan matanya sesaat, menarik nafas, dan perlahan berjalan menuju pintu kamarnya.
Wish me luck, Kenaro…” gumam Wanda terakhir kalinya.

(Lyric taken from: Will You Wait For Me-Kavana)
-Inspirasi dari sosok di masa lalu-

PS: cerita ini Fiktif. 100% fiktif. No hard feeling yah, dear my inspiration... If you ever read this.. ^_^

Sunday, March 20, 2011

Ketika Hanya Ada Kata...

Aku pernah merasakan kebisuan..
Saat bibir tak dapat membuka..
Saat suara hanya berupa rintihan..
Rindu aku berkata-kata…

Rangkaian kata..
Susunan kalimat..
Semua hal darimu membuatku terpana..
Hilang sudah semua penat..

Kamilah penjual kata..
Kami hidup dengan bermain kata..
Kami dikenal karna merangkai kata…
Walau habis suara kami..
Walau tertutup rapat bibir ini…
Selama tangan dan mata ini masih sanggup bergerak..
Dan hati ini masih bisa merasa…
Kami akan selalu bisa berteriak dengan lantang kepada dunia..
 
Rangkuman perasaanmu yang aku ingat selalu..
Mengalun dalam alunan nada merdu..
Membuatku semakin terpaku…
Tawa.. Tangis.. Haru.. Biru…
Pernah ada untukmu…

Mungkin memang seorang Dewi wujudmu itu…
Berlindung dibalik tubuh manusia yang lugu..

Warna yang terlukis…
Coretan yang tertulis…
Aku rangkai dengan manis..
Untuk sosok pujaanku..
Yang membawakan segenggam mimpi untukku..
Dalam sebentuk kata rindu..

(Inspired by Dewi Dee Lestari)


-Diikutsertakan dalam Proyek #UntukmuPenaInspirasi by @nulisbuku-

Tuesday, March 15, 2011

Rangkaian Kata Tanpa JuduL..

 
Aku terbiasa melihat Dia, selalu. Setiap hari, jam, menit  dan detik, mataku selalu mencari sosoknya. Tinggi, putih dengan lesung pipit yang menghiasi senyumnya dan pandangan matanya yang lembut, yang mampu menggetarkan hati. 



Dia yang selalu berjalan perlahan di depanku. Seakan memberi kesempatan padaku untuk mengejar langkahnya. Tawanya yang membahana selalu terdengar oleh telingaku, tak perduli sejauh apa jarak yang terpaut  antara aku dan Dia. 
Dengan segala macam canda, pukulan ringan dan pelukan hangat, Dia selalu menjadi pusat orbit pergaulan. Rasa nyaman dan tentram bila berhasil mengundang bibirnya untuk berkata dan mengisi kekosongan batin. 
Dia yang selalu aku lihat. Aku cari dan aku perhatikan. Dia yang senyumannya selalu aku bawa dalam tidur dengan harapan kelak akan berubah menjadi sapaan lembut yang memanggil namaku. 
Dia. Hanya Dia yang aku lihat. Dia yang telah pergi, membawa semua bongkahan hati dan kepingan harapan yang telah dihancurkannya sebelumnya. 
Dia yang selalu menjadi tempat perhentian tatapan mataku walau terasa sia-sia. Tapi menatapnya adalah untuk mencintai Dia. Cinta hanyalah berarti Dia, dan cinta itu abadi.

(Sekedar curhatan masa lalu..)

Sunday, March 13, 2011

Someday..

Someday you'll gonna realize
One day you'll see this through my eyes
But then i won't even be there
I'll be happy somewhere
Even if i can't

I know
You don't really see my worth
You think you're the last guy on earth
Well I've got news for you
I know I'm not that strong
But it won't take long
Won't take long
 
Coz someday, someone's gonna love me
The way, i wanted you to need me
Someday, someone's gonna take your place
One day I'll forget about you
You'll see, i won't even miss you
Someday....

But now
I know you can't tell
I'm down,and I'm not doing right
But one day these tears
They will all run dry
I won't have to cry
Sweet goodbye
 
Coz someday, someone's gonna love me
The way, i wanted you to need me
Someday, someone's gonna take your place
One day I'll forget about you
You'll see, i won't even miss you
Someday...











(by Nina)

Sunday, March 06, 2011

Yiruma...














...............................................................................

........Speechless......................................................

....................Terpesona...........................................

................................Fallen......................................

...............................................................................

Thursday, March 03, 2011

Bukan Lagu Cinta

Jika ada cara baru tuk mengungkap rasa rindu
Aku ingin tahu...aku ingin tahu
Jika ada cara yang belum di cipta untuk cinta
Aku ingin bisa...aku ingin bisa

Saat semua kata kehilangan makna
Saat segala upaya terasa hampa
Sekaranglah itu beginilah aku
Berdiam tanpa daya hanya karena kehadiranmu
Sementara jiwaku ingin berseru
Setengah mati ingin ku bilang

Jika ada nada baru tuk nyanyikan lagu cinta
Aku kan bernyanyi...aku kan bernyanyi
Jika ada kata yang belum dicipta oleh pujangga
Aku kan bersuara...aku kan bersuara

Saat semua resah meluruh sayapnya
Saat yang kumiliki hanya nafas ini
Sekaranglah itu beginilah aku
Hanya detak jantungku yang mampu jujur kepadamu
Sementara lidahku beku dan kelu
Setengah mati ingin menghilang

Jika mampu ku bawa engkau menembus ruang dan waktu
Ku ingin pergi...percuma disini
Jika mampu ku menyatu dalam darahmu
Agar engkau tahu...agar engkau tahu

Saat semua kata kehilangan makna
Saat segala upaya terasa hampa
Sekaranglah itu beginilah aku
Hanya detak jantungku yang mampu jujur kepadamu
Sementara lidahku beku dan kelu
Setengah mati ingin menghilang

Apa yang kurasakan
Apa yang kau dengarkan
Bukan lagu cinta
Buka lagu cinta

Apa yang kurasakan
Apa yang kau dengarkan
Bukan lagu cinta
Buka lagu cinta

Semua lagu cinta
Bukan lagu cinta

(Marcell ft. Karen Pooroe)