Monday, December 26, 2011

Sebuah Rasa Dalam Kemasan Baru...

Aku jatuh cinta, pada cinta yang lalu menjatuhiku.
Aku merindu, pada rindu yang selalu merindukanku.
Mungkin itu yang kusebut bahagia.

Lalu... Keabadian menertawakanku.
Hanya ketidakabadian yang abadi, katanya.

Pada mata, aku bercermin dan melihat duka.
Pada bibir, aku tersenyum dalam kemirisan.
Pada lidah, aku bergetar penuh rasa nyeri.
Dan pada hati, aku berdoa dalam kepasrahan.

Terbanglah luka..
Sampai sayapmu lelah mengepak..
Sampai semesta mengijinkanmu berevolusi demi untuk bertahan hidup.
Lalu kembali, dalam kemasan baru..
Sebuah rasa yang tak lagi berteriak penuh kesakitan...

Friday, December 16, 2011

Saat Kehilangan..

Kamu ada, dalam daftar nomor telpon di handphone-ku, namamu yang teratas ~ lalu semua terhapus
Kamu ada, saat berkumpul bersama teman-teman, senyummu masih terlihat ~ lalu tiba waktunya untuk pulang
Kamu ada, dalam tulisan-tulisanku, sebagai sumber inspirasiku ~ lalu segala cerita harus terselesaikan
Kamu ada, dalam mimpiku, sebagai sosok yang tak tersentuh oleh nyata ~ lalu aku harus terbangun saat pagi
Kamu ada, lalu tiada...
Mungkin itu yang kusebut dengan kehilangan...

Monday, December 12, 2011

Tanpamu, (Bagaimana) Aku Akan Baik-Baik Saja?

Mia tertunduk lemas di depan tanah makam yang masih basah. Masih tercium wangi bunga-bunga yang di taburkan di atasnya. 

Delima Windardjati binti Ismail
10-10-1955  s/d  13-12-2011


Matanya yang bengkak sudah kering sejak menginjakkan kaki di pemakaman umum ini. Mungkin, seluruh persediaan air matanya telah habis akibat menangis sepanjang perjalanan dari New York kemarin.

Mia hanya duduk diam di atas tanah basah kecoklatan itu. Tak sepatah kata pun terucap dari bibirnya. Ironis memang, bila mengingat yang terbaring dengan tenang di hadapannya adalah ibu yang sudah tidak pernah ditemuinya selama 15 tahun. Ibu yang meninggalkannya sejak ia berumur 13 tahun. 

"Miaaa..." pundaknya ditepuk oleh seseorang perlahan. Mia menoleh. Tante Ratna, sahabat baik ibunya sudah ikut jongkok di sampingnya. Tante Ratna hanya diam. Memandang lama ke arahnya lalu berpaling menatap gundukan tanah di depan mereka. 
"Ini, Mi..." Mia menatap kosong ke arah tangan Tante Ratna yang terulur di depannya sambil menggenggam secarik kertas lusuh.
"Ambil Mi... Baca. Nanti Tante akan jelaskan semuanya. Kenapa mamamu dulu akhirnya memilih untuk melepaskanmu..." 
Perlahan tangan Mia bergerak meraih keras itu. Dibukanya dan dibacanya perlahan. Dalam hati.

'Walau aku seandainya harus hidup tanpamu, aku akan baik-baik saja, mam......'

Tulisannya. 15 tahun yang lalu. Yang dituliskan di dalam buku hariannya sehari menjelang sidang akhir perceraian kedua orang tuanya. Sehari sebelum ibunya tiba-tiba berkata di pengadilan bahwa beliau melepaskan hak asuh atas dirinya. 

Mia menatap Tante Ratna dengan pucat. "Iya, Mia.. Delima membacanya. Dia selalu berpikir bahwa kamu benar-benar membencinya. Apalagi dia menemukan kertas itu sehari setelah pertengkaran hebat kalian. Delima tau pasti kamu sangat sayang sama ayahmu, Mia. Makanya Delima rela melepaskanmu.."

Mia tertunduk diam. Perlahan meresapi ucapan Tante Ratna. Ingatannya mulai pulih. Halaman diary yang hilang. Sikap ibunya yang berubah. Perhatian berlebihan sang ayah yang tiba-tiba.

"Tante...," ucap Mia dengan susah payah, "tulisan ini belum selesai. Masih ada kalimat berikutnya yang terhapus dari sini...." 

Tante Ratna menatapnya bingung.

'Walau aku seandainya harus hidup tanpamu, aku akan baik-baik saja, Mam. Karna aku akan selalu memiliki cinta darimu.  Tapi Mam, karna aku cinta, bagaimana mungkin aku mau hidup tanpamu?'

Mia yakin dulu ia menuliskannya seperti itu...


(Cerita ini terinspirasi dari seorang teman. Yakinlah, semua pasti akan baik-baik saja..)

Friday, December 02, 2011

Ajari Aku Mam...

Dear Mami,

Mam, kalo aku make kalimat “Aku saayaaaaaaang banget sama Mami” sebagai pembuka surat norak nggak? Hehehehe… Aku tau deh. Pasti Mami bakalan bilang aku gombal. Tapi ya Mam, aku juga tau pasti, di dalem hati, Mami pasti seneng dan terharu. Iya kan Mam? Ngaku deh. Hihihihihi..

Mam tau nggak, kemaren ini aku nemu sebuah sajak di twitter yang entah kenapa, menurut aku itu kata-katanya jleb banget.

“Bu, aku mencintainya. Setabah ibu, mencintai ayah.” -- @_ikik

Keren yah Mam sajaknya? Aku sukaaaa banget. Dan aku langsung teringat sama Mami. Iya, Mami. Orang yang menurut aku paling pantas dijadikan contoh, bagaimana sesungguhnya cara mencintai. 

Dulu Mami pernah bilang sama aku, sebelum kamu bisa mencintai orang lain, kamu mesti lebih dulu cinta sama diri kamu sendiri. Dan aku emang cinta sama diri aku sendiri. Tapi, terkadang aku melupakan kata-kata Mami, sampai aku jatuh cinta terlalu dalam dan nggak lagi sayang sama diri aku sendiri. Iya Mam, aku membiarkan diriku sendiri terluka terlalu banyak.

Seandainya aku masih kecil, mungkin Mami bakalan menghukum aku kali ya? Kayak dulu waktu aku kecil, Mami sering banget jewer aku saat aku nggak mau minum obat. 

Sayangnya aku udah besar. Meski ujung-ujungnya sama aja. Setiap kali aku terluka, selalu Mami yang jadi P3Knya. Penolong pertama buat aku. Mami hanya ada. Meluk aku. Dan Mam, efek pelukan Mami itulah obat paling ampuh buat aku. 

Ah, kenapa ya hidup ini harus penuh luka Mam? Kenapa hidup ini nggak bisa penuh dengan cinta aja? Hanya cinta. 

Aku terlalu cengeng ya Mam? Iya sih. Kalau aku pikir-pikir, segala ujian yang aku terima ini nggak ada apa-apanya dibanding dengan kisah perjalanan hidup Mami. Aku ini saksi hidupnya kan? Aku ngeliat dengan mata kepala aku sendiri dari kecil, gimana Mami berjuang untuk sebuah cinta. Sebuah keluarga.

Cinta kepada orang tua, cinta kepada suami, cinta kepada anak, dan cinta kepada sesama. Aku nggak tau, hati Mami sebesar apa sampai bisa memberikan cinta yang sedemikan banyaknya buat kita semua. Sampai Mami bisa setabah itu dalam menjalani hidup. Yang aku tau, pasti jawabannya adalah karna Mami punya cinta, termasuk cinta buat diri Mami sendiri dan keikhlasan. Karna Mami selalu punya cara untuk menghindar dari luka.

Ah Mam, aku ingin belajar mencintai yang seperti itu. Cinta yang selalu Mami kasih buat keluarga Mami, suami Mami, anak-anak Mami…

Karna aku sedang belajar Mam. Membangun keluarga seperti Mami dulu. Dan aku berharap, aku bisa menjalani semua ini dengan penuh cinta.

Aku nggak mau Mam, semua cinta yang Mami kasih ke aku dari kecil, aku sia-siakan dengan menyia-nyiakan kebahagiaan aku sendiri. Iya sih Mam, mana ada juga orang yang mau menderita. Makanya kita harus tetap cinta dan menghargai diri kita sendiri, gitu kan Mam?

Liat aku ya Mam. Bukan takabur atau sombong, tapi aku yakin aku pasti bisa bahagia. Karna aku tau aku punya Mami. Karena buat aku, selain Tuhan, nggak ada Mam, yang bisa ngalahin cinta Mami ke aku. 

Ajari aku ya Mam….

Sampai aku bisa berkoar dengan bangganya ke Mami, “Mam, aku mencintainya. Mencintai lelaki yang aku pilih. Mencintai keluarga yang sedang aku bangun ini. Mencintai kehidupan aku. Setabah Mami, mencintai kami semua”

Dan Mami, terima kasih, karna sudah melahirkan aku ke dunia penuh cinta ini.




Dengan penuh cinta,

Anakmu yang paling berbahagia



PS: Please Mam, jangan nangis. Aku tau Mami cengeng. Tapi surat ini surat yang penuh cinta dari aku. Jadi Mami harus senyum bacanya, oke? Hihihihi….


(Diikutsertakan dalam proyek charity #DearMama dari @NulisBuku)
  

Wednesday, November 30, 2011

Pelangi

Dan pelangi tanpa warna adalah semu, katamu. 
Padahal, kelam yang kau tinggalkan pun tak lalu mengabu dan mengabur bersama mimpi. 
Hitam...
Hatiku yang menggelap bersama seonggok rindu yang kau abaikan.

Thursday, November 17, 2011

Dari Balik Tirai Putih..

Suara-suara yang terdengar sayup-sayup membangunkanku dari tidurku. Putih, warna sekelilingku saat aku membuka mata untuk pertama kalinya. Dan warna itu yang akhir-akhir ini menemaniku. Awalnya kusangka aku sudah berada di surga, karna dimana lagi kutemukan tempat yang begitu putih dan suci? Sampai denyut-denyut kesakitan menyadarkanku. Surga tidak akan menyakitiku. Tidak seperti gulungan selang-selang di kedua tanganku. 

Lagi, suara-suara yang membuatku menebak-nebak siapa pemiliknya itu menggangguku. Mengganggu ketenanganku. Mengganggu kepasrahan hatiku untuk tetap berada di balik tirai putih ini. 

Suara orang yang merindukanku. Teramat sangat. Yang begitu ingin kupeluk namun tak sanggup aku lakukan. 

"Untuk pemilik suara sendu itu, rindukanlah selalu aku. Dalam ada dan tiadaku.
Doaku, yang juga merindukanmu, dari balik tirai putih ini.."

Wednesday, November 09, 2011

Jatuhlah..

Dear hati,
Sudahkah kau buka matamu hari ini?
Lihat sekelilingmu dengan seksama
Dan memilih
Iya sayang, memilih
Karena hidup adalah pilihan
Maka buka matamu lebar-lebar
Dan bila pandanganmu terpaku di suatu tempat yang baik
Jatuhlah...

Saturday, October 29, 2011

Sajakku, Untukmu ~ Rindu Yang Enggan Beranjak...

Kusebut kamu mimpi, ketika nyatamu tak mampu kupeluk
Dan saat mata ini terpejam, senyum manis terlekung di bibirku

Lalu kamu bertanya
Siapa yang hadir di mimpiku tadi malam
Melewati ribuan kilometer, tempat di mana nadi ini berdenyut

Dan aku hanya bisa tersenyum
Meski tahu, matamu tak dapat menyaksikan lesung pipit di kedua pipiku
Maka kutulis sajak untukmu
Iya sayang, agar kamu tak pernah kehilanganku

Sajak ini, sajakku
Untukmu ~ rindu yang enggan beranjak
Meski mungkin terasa sesak

Friday, October 28, 2011

Sepucuk Surat Yang Menguning

Aku ada
Jika kau bertanya pada angin, hembusannya akan sampai padaku
Jika kau titipkan pesan pada merpati, ia tak akan pernah tersesat menemukanku
Karena aku ada, di sini
Dengan sepucuk surat di tangan
Hanya mampu kugenggam erat-erat
Bersama segala kenangan yang melekat

Tak lagi merah jambu warnanya
Sepucuk surat yang menguning
Hanya mampu kugenggam erat-erat
Bersama segala kenang yang melekat
Surat cinta untukmu

Saturday, October 01, 2011

Kepingan Mimpi Yang Terserak..

Pada huruf yang berderet,
awal mula sebuah pencarian ~
aku terbata mengeja kata,
entah cinta atau fatamorgana

Pada angka yang berjejer,
asal muasal sebuah penantian ~ 
aku tertatih mengejar waktu,
untuk sebuah kenang di masa lalu

Pada detik yang berdetak, 
kali pertama adalah ragu ~
aku belajar mereka-reka,
untuk rindu yang masih meraba-raba

Lalu pada nadi yang berdenyut,
degup jantung adalah pinta ~
aku coba mencari-cari,
kepingan mimpi yang kini berserakan

Friday, September 30, 2011

Percakapan Dua Organ Manusia

Otak: Adakah yang abadi di dunia ini? Sepertinya tidak.

Hati: Cinta?

Otak: Apalagi cinta. Menurutmu, berapa kali aku harus bekerja ekstra keras untuk menjaga kewarasanku setiap kali kamu sakit?

Hati: Lalu? Kasih sayang?

Otak: Itu beda tipis sama cinta. Meski masih bisa aku terima karna ada yang dinamakan kasih sayang orang tua, terutama ibu. Itu mungkin abadi. Meski tidak semua.

Hati: Lalu apa lagi? Luka?

Otak: Mungkin. Tapi terkadang ada rasa yang aku sebut keikhlasan yang bisa mengobati luka. 

Hati: Bagaimana dengan trauma?

Otak: Bisa jadi. Karena meskipun kita lupa atau bahkan amnesia, trauma itu akan tetap bisa kita rasakan. Itu alam bawah sadar kita yang bekerja. Tapi, sekarang kan ada yang namanya hipnoterapi. Trauma bisa kita hilangkan dengan itu.

Hati: Hmmm.... lalu?

Otak: Dari semua kemungkinan, aku memilih kenangan.

Hati: Kenapa?

Otak: Karena selama aku masih hidup, ingatanku akan selalu ada. Jauh di sudut ruang tersempit yang aku punya, semua kenangan tetap aku simpan. Amnesia? Lupa karena shock? Sayang.. ilmu yang tadi aku bilang itu, hipnoterapi, sudah mampu mengembalikan serpihan ingatan yang mungkin terlupa. 

Hati: Hmmm.. Jadi.... kenangan. Apalagi yang abadi selain kenangan?

Otak: Hei hati. Itu pertanyaan yang belum sanggup aku temukan jawabannya.
Apalagi yang akan abadi selain kenangan, sayang??

Wednesday, September 28, 2011

Senja Ketiga Tanpamu

Langit sore temaram
Menemani aku yang sedang muram
Di beranda rumahku,
di senja pertamaku

Awan kelabu berserakan
Tak lagi melukiskan sebuah senyuman
Rona mentari memerah ragu-ragu,
di senja keduaku

Dan lihat sayang,
Hari ini senja ketiga tanpamu
Aku masih duduk termangu
Terkadang bertanya sambil merindu
Kemana pergimu?

Katakan, jika aku menunggu
Apa semesta akan kembali menghadirkanmu?
Karna mungkin, rindu ini akan berdebu
Pada senja keempat tanpamu

Tuesday, September 27, 2011

Hati-Hati, Hatiku...

Pergiku terhenti. Ada jejak yang harus kususuri.
Satu-satu. Dua-dua.
Mengarah tuju satu hati. Kau?


Di antara jejak langkah, kusebarkan serpihan rinduku. 
Itu petunjuk untukmu.
Jalan menuju rumah, tempat kau rebahkan segala lelah.

Inginku melepas lelah, tapi hatimu menyerah.
Tahukah kamu? Aku hanya duduk di kamar sebelah.
Saksikan resahmu, kenikmatan untukku
.

Mungkin dinding kamar bisa mendengar keluh kesah, tapi tidak bercerita.
Karena apa yang kukatakan bukanlah dusta.

Tapi dinding setia menunggu dalam resah, dalam susah.
Bagaimana dengan konstelasi hatimu yang terjebak dalam apologia semu?

Segala maaf hanya akan meninggalkan jejak baru.
Setapak demi setapak menuju hatimu yang beku.
Ingat sayang, tetesan rindu itu akan melubangi batu.
Hatimu yang beku..
Nanti, di musim yang entah.




PS:
Lagi. @omkit selalu menjadi penyempurna segala kegalauan...

Aku Baik-Baik Saja..

Sekarang dan nanti..
Semoga akan terus begitu...

Sunday, September 25, 2011

Ada Yang Hilang..

Saat bibirmu tak lagi memanggil namaku
Saat doamu tak lagi menyisipkan namaku
Saat barisan sajakmu tak lagi menuliskan namaku
Kamu tahu?
Ada yang hilang, rasanya..
Entah apa..
Masih kucari...


Yang hilang adalah kemampuan sel-sel otakmu untuk melupakan.
Baris-baris retoris hanya mengiris, bukan menutup luka empiris
.

Karena pada luka yang mengiris, rasa miris selalu mengacu pada satu teori.
Kehilanganmu, adalah kehilangan duniaku secara holistik.

Luka itu delusi. 
Aku bagian kecil partikel bumi.
Tak seharusnya memiriskan kupergi.

Kontemplasilah, tersenyumlah, berlarilah.

Sampai bumi berhenti berputar, kaki ini akan terus melangkah.
Patuh pada gravitasi, menjejaki tiap ruang kosong untuk menggenapi ketiadaanmu.

Aku tak pernah tiada. Hanya lepas sementara dari pandangan mata.
Bisakah pelankan isakmu?
Aku ingin khusyuk meninggalkanmu.


Dan pergimu, akan kembali membuat lubang baru di hati.
Ada yang hilang, lagi.
Entah apa kali ini.
Masih akan terus kucari...




Catatan kecil:
Ini adalah hasil samber-samberan via twitter bersama @omkit. Abang-abang yang akhirnya mengaku tua dan berganti panggilan menjadi om-om.

Saturday, September 24, 2011

Penantian Malam..

Karena hanya malam yang mengerti, 
mengapa rindu tak pernah mati

Bukan salah malam mengerti,
hukum cinta yang tak diberkati


Atau mungkin cinta tak mau tahu,
ada rindu yang selalu memburu

Cinta tak meminta rindu memburu, 
hati yang selalu memaksamu


Atau mungkin hati tak mengerti, 
kapan cinta harus direlakan pergi

Bila hati tak mengerti,
tahukah kau cara berotasi?


Atau mungkin sayang,
kau tahu cara mengemas hati yang ingin beranjak pulang?

Meski hati tak pernah ingin pergi,
hanya menanti untuk kau sapa kembali...



~Hasil meracau galau tengah malam bersama @omkit via Twitter~

Tuesday, September 20, 2011

Ketika Kita Saling Berbisik

Pelan-pelan katamu,
aku berjalan mendekat
lekatkan bibir dan telingaku ke arahmu
ketika kita saling berbisik

Jangan keras-keras katamu,
dinding ikut mendengar
tentang canda dan tawa kita seharian tadi
ketika kita saling berbisik

Diam-diam saja katamu,
ungkapan cinta yang rahasia
cukup kau katakan padaku
ketika kita saling berbisik

*(Dan, kau semat kata-kata dalam hambur nafasmu di telinga, biar kita saja yang merasa..)


*: Bisikan untuk sebuah penghabisan yang indah dari @greenziezt..

Wednesday, September 14, 2011

Sampai Jumpa, Fan...

Aku tahu, dunia adalah persinggahan sementara untuk kita. Setelah urusan kita selesai, akan ada satu hal, yang kusebut ajal, yang akan menjemput kita. 

Bukan  lupa bila aku berpura-pura. Ingatku adalah abadi untuk itu. Mungkin takut atau hanya ingin lupa. 
Ah hidup sudah terlalu rumit.
Hanya percaya, pada setiap pertemuan pasti ada akhir. Dan pada setiap perpisahan, pasti akan ada pertemuan baru. Entah kapan.

Jadi, selesai sudah tangisku untukmu, Fan. 
Aku hapus air mata ini, agar kamu di sana merasa lega, tak lagi menyisakan tangis untuk seluruh pencintamu.
Toh, nanti juga kita pasti akan bertemu kan? 
Di waktu yang entah...
Pada dunia yang entah...

Sampai Jumpa, dr. Annisa Erawan.....



(Tak ada kata yang bisa melebihi doa untukmu Fan.. Bahagia di sana ya.. Terus awasi kami yaa, terutama pasangan jiwamu, Apri, dari atas sana. Semoga kebahagiaan adalah memang miliknya. Meski dalam bentuk yang mungkin, hanya Tuhan dan kamu Fan, yang tau....)

Friday, September 09, 2011

Aku Lupa

Teruntuk Afrila Viebry:

Aku lupa aku terluka ~ aku lupa, aku jatuh cinta. 
Ah, cinta membuatku amnesia.

Aku lupa aku jatuh cinta ~ aku lupa, aku merindu.
Ah, rindu membuatku mati gaya.

Aku lupa aku merindu ~ aku lupa, aku melangkah maju.
Ah, langkahku sia-sia.

Aku lupa aku melangkah ~ aku lupa, aku bermimpi.
Ah, mimpi membuatku tak berdaya.

Aku lupa aku bermimpi ~ aku lupa, aku terhempaskan.
Ah, hempasan membuatku terluka.

Dan aku selalu lupa aku terluka ~ aku lupa, aku jatuh cinta. 
Aku lupa cinta itu telah mati.
Aku lupa, kumakamkan kau dalam hati.


Catatan kecil:
Na, cinta itu yaaaa... begitulah. Meski sakit, tetap saja segala luka akan bertekuk lutut di hadapan cinta. Pada cinta yang tepat, di saat yang tepat..
.

Genggaman Tangan Keriput

Di tepi senja, sepasang merpati terbang beriringan
Kita duduk di bangku taman, 
Berbicara tentang waktu dan segala ketidakpastiannya

Kelak, 
Saat rambut memutih pasi
Belaian lembutmu yang kuingin ada di kepalaku

Nanti, 
Saat tongkat harus menyangga kakiku
Bahumu yang aku mau untuk menopangku

Ketika,
Mata sudah mulai meredup cahayanya
Wajahmu yang aku harap hiasi kelamku

Karena sayang,
Pada akhirnya, genggaman jemari hangatmu,
Adalah hasil dari segala doa pada siang dan malamku

Ketika saatnya tiba, nanti.

(Terinspirasi oleh pasangan Kakek-Nenek yang kulihat tadi pagi, dengan aura kasih sayang yang ikut memancarkan kebahagiaan dan doa untukku...)


Thursday, September 08, 2011

After The Rain..

Senja ini, aku terduduk di beranda rumahku
Memandangi langit kemerahan itu
Sekali lagi
Dan entah kenapa, 
Sesekali tampak awan menyerupai wajahmu di situ

Tetiba langit mendadak kelam
Seolah ikut bersedih untukku
Ah, rupanya semesta tahu aku merindu
Lagi, dan entah untuk yang keberapa kali

Tetes hujan mulai turun
Gigil mulai merasuki aku
Yang tak kau tau, 
Di hatiku, hujan itu turun lebih deras lagi
Hingga mata tak sanggup menahan bulir airnya

Dan sayang...
Yang juga tak akan pernah kau ketahui
Bahwa setelah hujan mereda,
Rintik hujan di hatiku belum juga reda
Entah sampai kapan..

Friday, August 26, 2011

CINTAKU BUTA

Gelap. 
Itu kata pertama yang ada di pikiranku saat tersadar dari tidur panjangku. Dengan lemah kucoba mengangkat tanganku, meraba-raba meski yang terasa hanyalah hampa.

"Dis? Kamu udah sadar?" sebuah suara lembut dan menenangkan menyapaku. Dengan usapan lembut di kepalaku. Aku langsung merasa lega. Segera aku buka mulutku, mencoba berkata sesuatu, tapi sebuah suara lain mengganggu konsentrasiku.

"Dis? Alhamdulillah.. Akhirnya kamu sadar. " kali ini belaian lembut di tanganku yang terasa. Aku urungkan niatku untuk membuka mulut dan bersuara. 

Suara gaduh berikutnya dari mama dan papa tidak terlalu aku hiraukan. Begitu juga dengan kegaduhan saat dokter datang tak lama sesudahnya. Aku mengangguk seadanya dan menjawab secukupnya saat ditanya. Aku hanya terlalu sibuk berpikir. Siapa pemilik kedua suara merdu tadi? Kuputar kembali memoriku, ah! 

Aldy dan Asta.
 
Ingatanku langsung beralih pada kejadian sebelum aku terbaring di rumah sakit. Aku sedang bersama Asta saat itu. Dalam perjalanan pulang sehabis merayakan ulang tahun temanku yang lain. Itu alasan yang aku katakan pada Aldy, pacarku. Kenyataannya, malam itu aku bersama Asta. Malam dimana kecelakaan itu terjadi, sesudah Asta menurunkanku di gang depan rumahku. Yang tidak aku mengerti, bagaimana mereka berdua bisa berada disini, pada waktu yang bersamaan? 

Aaaaaaarrrrrggghhhhhhhh..!!!!!!!

Kepalaku semakin sakit. Dan kegelapan ini, sungguh menyiksa. Aku takut gelap. Sangat. Dengan gemas kuangkat tanganku perlahan. Mencoba meraih perban yang menutupi mataku dan membukanya dengan paksa. Sampai kedua suara itu menghentikanku.

"Dis, jangan..."
"Disty.. kamu ngapain? Perbannya belum boleh dibuka"

Aku terdiam. Ada belaian lembut dikepalaku. Aku tau itu Aldy, pacarku. 
"Dis...tenang. Kamu udah nggak pa-pa. Aku disini buat kamu..." nada bicaranya terdengar agak dipaksakan dan kasar. Sesaat aku bingung, lalu kemudian aku ingat, ada Asta di situ. 

Ah, Asta. Lelaki lain yang akhir-akhir ini sanggup menggetarkan hatiku selain Aldy. Ya Tuhan! 

Tapi ternyata, ingatanku tentang Tuhan dan dosa hanya berhenti sampai di situ. Karena usapan hangat ditanganku, sukses membuyarkan konsentrasiku.

Ah sudahlah. Aku tidak perduli lagi.

Sengaja, kupegang tangannya. Di depan kekasihku. 'Mumpung masih di Rumah Sakit,' batinku.
Urusan lain, kupikirkan nanti. Sekarang, aku hanya ingin menikmati genggaman ini saja.




Based on:

RT @Olga_imoet: CINTAKU BUTA. Sengaja, kupegang tangannya. Di depan kekasihku. 'Mumpung masih di Rumah Sakit,' batinku. @fiksimini

Tuesday, August 23, 2011

Untuk Gadis Manis yang (Semoga Saja) Tidak Akan Pernah Menjadi Pasienku

Dear kamu, 

Iya kamu! Cewe manis yang sedang duduk sendirian di kamar, di atas kasur empukmu, sambil memegang Blackberry tercintamu. Tau ngga sekarang sudah jam berapa? Coba intip sebentar keluar jendelamu. Senja hampir menghilang dan menenggelamkan matahari. Dan kamu, iya kamu, masih saja setia dengan  benda kecil berteknologi tinggi itu. 

Boleh aku bertanya satu hal? Kamu, sudah mandi belum? Ah, seperti yang aku duga. Pasti belum. 
Duh kamu, mandi dong! Gimana kalau masuk angin karna mandi kemaleman? Seandainya aku ada di deket kamu, pasti udah aku jewer kamunya. Huuh.. Itu tanda sayang aku loh, tau? 
Seperti perhatian aku saat menjawab semua DM-DM kamu, khawatirnya aku saat mendengar keluhanmu...

Jadi, kamu musti nurut yah.. Ah, memang sih aku dokter. Tapi justru itulah alasan tambahan biar kamu mau nurut sama aku. Hehehehe... Yah, dimulai dari hal kecil. Jangan suka mandi malam-malam, contohnya. Simple kan? Kalau kamu sehat, jiwa kamu juga insyaAllah sehat, dan pastinya, hati kamu pun punya kesempatan untuk sembuh lebih cepat, karna kamu selalu bersyukur.

Nah, sekarang, matikan dulu ya Blackberry tercintamu. Istirahatkan sejenak mata dan jempolmu serta hatimu dari keramaian dunia maya. Karna kamu punya sesuatu dalam nyata yang harus kamu
perhatikan juga. Mandi, oke? Sebelum hangat mentari senja benar-benar tertutupi oleh dinginnya malam.

Karna sungguh, aku selalu berharap agar kamu tidak akan pernah (harus atau terpaksa) menjadi pasienku, Dea...



Temanmu yang siap kamu ajak untuk berkonsultasi kapan saja,

Olga 'imoet' Leodirista




Notes:
#suratcinta untuk Gadis (yang sepertinya) manis, Descha Sasta Vyana a.k.a @DeschaVyana on twitter

Monday, August 22, 2011

Kamu Pikir Aku Tak Takut???

Pada ajal yang kutahu pasti, akan segera menjemput setelah segala urusan kita di dunia ini selesai

Pada kelam malam yang mencekam, berada di antara mimpi-mimpi yang membawaku ke dunia antah berantah

Pada kesunyian yang sedemikian senyap, tanpa pernah kudengar sapa dan hela yang terurai dari bibirmu

Pada ketiadaan yang menghempaskanku kembali ke dunia nyata, memaknai kehidupan bersama kekosongan cinta, darimu

Aku takut sayang..
Sebanyak dan sedalam seluruh ketakutan yang bisa aku ungkapkan dalam menghadapi hari esok tanpamu...

Tik.. Tok.. Tik.. Tok..

Ada kesunyian merambati dinding-dinding kamarku
Dingin.. aku sesekali menggigil dan merasakan gemeletuk gigiku
Yang tidak aku mengerti, hati ini pun ikut membeku

Meski kemarau saat ini

Dedaunan di luar jendela kamarku menguning
Berguguran serupa mimpi yang terhempas oleh pagi
Lantas, apa sebenarnya yang berhembus di sekitar tubuhku ini?

Anginkah?
Angankah?

Entah..
Bahkan jam dinding itu bergerak sangat perlahan
Mungkin lupa
Mungkin sengaja
Memberi sedikit jeda pada setiap koma tempatku menunggu

Meski nanti di titik akhir,
mungkin aku yang akan berlalu


(Hanya lelah menunggu..)

Friday, August 19, 2011

Doa Untuk Sang Pencinta

Aku menamakanmu mimpi, untuk segala harap dan angan yang terabaikan
Di sisi jalan setapak, detak detik terdengar melambat
Kita, saling memunggungi di persimpangan jalan

Musim yang kuingat adalah gugur, jatuhnya daun-daun harapan di hatimu
Telaga tempatmu melabuhkan mimpi tidaklah terlalu lebar, sayang
Mungkin dalam, hingga kau terus tenggelam di antara waktu yang enggan berlalu
Menyatu bersama segala-gala yang kau kenang

Dan cinta, hiduplah tanpa harus meredup
Meski pendar perlahan tenggelam dalam linangan air mata


(Untukmu, dengan segala cinta yang LuarBiasa untukku)

Monday, August 15, 2011

Jantung Hati

Di jantungmu kutanamkan kata
Serupa sunyi yang terikat hampa
Serupa senyap yang terbuai mimpi belaka

Setiap aliran nadimu adalah cinta
Merengkuh peluk dalam hening yang tak lagi nyata

Dalam detakmu, hadir sebuah tanya
Dan puisi, adalah kunci untuk melepaskanmu dari kekosongan makna

Saturday, August 13, 2011

Untuk Sang Pemimpi

Untuk mimpi yang terabaikan
Untuk angan yang terhempaskan
Untuk imaji yang terlupakan
Maaf...
Kelak, waktu yang akan menabahkan hatimu


(Racauan untuk segala-gala yang terbuang)

Friday, August 12, 2011

Welcome To The World, Baby "Leo" Little Girl...

11 Agustus 2011
Mungkin, memang bukan aku yang pertama kali mendengar tangisanmu.
Bukan pula ayahmu.
Tapi ibumu mendengarnya.
Begitu juga dengan ribuan peri dan malaikat di sekelilingmu.
Doa -doa terpanjatkan dalam hening.
Bukan kesunyian yang mencekam, sayang.
Itu hening yang merindukan tawamu, agar kelak berkumandang di hati seluruh pencintamu.

Saat tangan kecilmu melambai, ingatlah, bahwa takdir sudah kau genggam.
Doa adalah peganganmu.
Kasih sayang adalah penuntunmu.
Adanya kami, adalah pendukung terkuatmu.

Demi mimpi yang selalu berandai
Demi masa depan yang selalu berserah
Jadikan hidupmu, kelak, penuh dengan kebahagiaan.

Selamat datang, sayang.
Dunia ini indah, tahu?
Bila selalu kau isi dengan kesabaran dan ketakwaan terhadapNya.

Welcome To The World, Baby "Leo" Little Girl...



Catatan kecil:

Tulisan ini aku persembahkan untuk putri kecil sahabatku Lydia-Hendra, juga para sahabat bumil-ku yang akan segera menyusul, memberikanku keponakan-keponakan kecil lainnya; Dyan-Dimas, Meidy-Rezy, Ari-Ikhsan... (Dhika, Dini, Farah: semoga kita juga menyusul secepatnya, amiiin)

Anak adalah anugerah Allah.. Ingat itu yah temaaan...
Selamat... semoga keturunanmu adalah keturunan yang dimuliakan dan menjadi anak soleh/soleha, berbakti dan berguna bagi agama, bangsa dan negara...Tsaaaaahhhh.... hihihihihihi...
Amiiiin....

Kepada

Kepada pagi
pemilik dari segala kehangatan 
izinkan aku menuai asa baru demi sebuah senyum
dengan harap terlekung indah di wajah sang pecinta

Kepada siang
pemilik segala bara yang membakar jiwa raga
ingin aku sulam sebuah nama
di balik awan-awan kenangan yang berarak riang

Kepada senja
pemilik kesenduan yang memerah luka
ingatkan aku akan jingga
rona dari segala cemburu yang terlalu memburu

Dan kepadamu, malam...
pemilik segala mimpi yang terabaikan waktu
iramakan sajakku sebagai teman tidurmu
demi segala rindu yang tak pernah melekang


(Ini racauanku, apa racauanmu?)

Thursday, August 11, 2011

Di Bawah Senja

Lihat sayang,
Yang merona itu jingga
Langit tempat kita bernaung
Dari panas dan bara

Lalu pada senja, 
Setelah camar kembali ke peraduannya
Di bibir pantai itu, 
aku termangu

Debur tak lagi riaki cumbu
Cemburu tak lagi merayu
Malah meragu
Bahkan berlalu

Dan sayang, lihat kembali langit itu
Sesaat lagi kelam akan datang
Dan aku, di sini untukmu
Menunggumu pulang


(Bukan untuk siapa-siapa...)

Wednesday, August 10, 2011

Jatuh

Jatuh itu sakit, katamu. Tapi menurutku tidak selalu. 
Ada satu kata yang selalu aku agungkan, yang meski membuatku terjatuh -dan memang aku akui kalau terkadang menyakitkan- tak pernah sedikitpun membuatku jera.
Cinta. 
Sounds familiar, eh?
Iya. Aku jatuh. Pada cinta. Bahkan sebelum cinta itu menjatuhiku.

(Meracau siang hari.. Hoaaaahm....)

Ternyata Cinta

#Ternyatacinta adalah sebentuk setiaku, di setiap untaian doa malamku, yang selalu merapalkan namamu.

Jika mimpi tak lagi dapat kau rengkuh, akan kuteriakkan pada dunia, #ternyatacinta-ku yang akan menjadikan indah nyatamu.

Merona, #ternyatacinta tersipu malu, saat tatap matamu jamahi seluruh tubuhku.

#Ternyatacinta sempurnakan segala penantian, di ujung waktu, di persimpangan jalan, selalu ada aku. Menunggu.

#Ternyatacinta memang milikmu. Pun segala rindu yang akan selalu berpulang menuju hatimu.

Sajak adalah kerinduanku. Dan #ternyatacinta adalah kata yang selalu melekatkan jarak menjadi tiada.

Dalam bentangan jarak, #ternyatacinta berduka atas segala ketiadaan ragamu.

Aku adalah dahan yang sanggup menopang segala kerinduan, dan #ternyatacinta yang mengokohkan penantianku.

#Ternyatacinta serupa cairan sendi, melumasi tulang belulang agar terhindar dari segala nyeri.

#Ternyatacinta itu merdu, saat doa terlantun syahdu, di atas sajadah hijauku.

#Ternyatacinta yang membuatku terjaga dari mimpi, ketika nyatamu lebih indah untuk kupeluk.

Mungkin detikku yang selalu berdetak perlahan, karna #ternyatacinta membuat segala rentang waktu menjadi tak berarti.

Jika #ternyatacinta seindah bintang di langit, maka hatiku adalah tempat terlapang yang sanggup menampungnya saat terjatuh.

Kelak, kau akan mengerti, #ternyatacinta yang selalu getarkan dada ini, tempatmu merebahkan segala lelah.

#Ternyatacinta-ku sederhana. cukup ada kamu, aku dan Dia. maka segalanya akan sempurna.

Aku menyebutnya malam, kesunyian paling senyap, ketika #ternyatacinta memilih untuk berlalu.

Bahkan dalam tidurku,  #ternyatacinta pun tak lalu tertidur, ketika wajahmu hadir di sela-sela mimpiku.

Dalam segala kehampaan, yakinlah, bahwa #ternyatacinta-Nya yang akan menjadikan semua tiada menjadi ada.

Janjikanlah janji, pada pagi yang terabaikan mentari, saat rindu telah usai, #ternyatacinta yang akan kembali hadirkan mimpi.

#Ternyatacinta itu satu. Dan kamu, satu-satunya yang aku cinta.

#Ternyatacinta itu hijau, lembah paling sejuk di hatimu, setenang rerimbun rindu yang tak gugur menanti temu yang entah.

#Ternyatacinta sempurnakan segala sajak yang tercipta, saat rindu terhempas oleh bentangan jarak.

#Ternyatacintaku mengekal, meski berulang kali jatuhi hatimu yang terjal.

Pada malam kuhempas mimpi, hingga duka menjadi tak terperi. Mendekatlah sayang, karna #ternyatacinta hilangkan segala perih.

#Ternyatacinta tak menyisakan rasa sesal, dalam penantian panjang, rasa syukur yang terucap.

#Ternyatacinta adalah utuh untukmu. Setajam belati mengoyak luka, pun benci, tetap kata yang tak terucap untukmu.

#Ternyatacinta adalah jawaban atas doaku. Atas segala APA dan MENGAPA, yang jadikan rindu dan benci menjadi tak berbatas.

Aku mengadu di pelukmu, mencumbu pada kecupanmu, ah, #ternyatacinta yang tumbuhkan nafsu.

#Ternyatacinta yang mampu meluruhkan segala ego. Tanpa meminta, dan tanpa tetapi.

Aku cemburui waktu yang terlambat hadir untuk kita, namun #ternyatacinta serupa takdir, hanya ada, tanpa harus menjadi getir.

#Ternyatacinta bisa bersembunyi dalam wujud seorang sahabat. Berada cukup dekat tanpa harus memeluk erat.

Dan #ternyatacinta yang bisa membuat kebodohan itu lebih dari seekor keledai, karena selalu jatuh dan jatuh di tempat yang sama.

#Ternyatacinta adalah impian sang pemimpi, yang punya segudang harapan untuk kau jadikan nyata. Pemimpi itu, aku, tahu?



(By @Olga_imoet on twitter)

Monday, August 08, 2011

KEKASIH GELAP

Aku menatap kosong hamparan kanvas putih di hadapanku. Sesekali aku bersin kecil oleh bau tinner di sekelilingku yang bercampur dengan wangi dari cat minyak yang berserakan. 

Detik yang berlalu tidak terlalu aku hiraukan. Ideku mampet. Segala ingatan malah melayang ke arah sebuah nama. Aku menamakannya pelangi. Warna-warni ceria dari sebuah tawa yang membahana hingga ke lorong-lorong tersempit di ceruk hatiku.

Sampai setahun kemarin. Saat tawa itu berganti menjadi sebuah tangisan. Melengking tinggi menyayat hati.

Sampai.....
Dentang jam dinding itu mengagetkanku. Menumpahkan tinta hitam yang ada di tanganku ke hamparan kanvas putih tak bernoda itu.

Sampai senja berganti malam. Sampai malam tertutupi sinar mentari.
Suram....
Masih kelam....
Sebuah nama tak sempat lagi aku torehkan ke hamparan kanvas yang kini telah menghitam itu.

"Maaf sayang, aku belum sempat mewarnaimu." bisikku dalam hati.


Based on:
RT @greenziezt: KEKASIH GELAP. "Maaf sayang, aku belum sempat mewarnaimu." @fiksimini
Terima kasih buat ide-nya yah.. :)

Sunday, August 07, 2011

SEMBUNYI

(Malam adalah kesunyian paling senyap dari hatimu)

Saat derap langkah rindu mulai terdengar, aku kembali bersembunyi.
Di balik hati dan tubuhmu yang kunamakan puisi.
Wangi itu, hangat itu, rasa itu..
Kamu, cinta.

Dulu, ada lembah terdalam di dadamu yang kusebut hijau.
Tempat segala khayal dan imaji ini mendetakkan sebuah nama.
Tempat aku mengadu dalam sebuah pelukan dan cumbu.
Pada birahi dari rahim penuh kesakitan oleh mimpi yang terabaikan.

Pada mulut, pada bibir, pada lidah; 
kalimat hidup adalah dirimu yang akan redup.
Dan lingkar lengan yang memasung peluk untuk ribuan asa dalam mata.

Rebah, rebahlah kejora, ketika itu akan tiba;
pendar hanya melekat untuk kita yang tak terikat.

Sembunyi, sembunyilah hijau.
Sebelum angin membuatmu meranggas dari dahanku yang tak lagi tegak.

(Hasil racauan bersama @greenziezt a.k.a Rizky Zaldy via Twitter dan BBM)

Friday, July 29, 2011

Aku dan Hidungku

 “Pssttt!! Hei Jake!! Pssst!! Kamu ngapain di situ?” suara si cantik Leslie mengagetkanku yang sedang menunduk di antara semak-semak di samping kantorku. Aku berjalan mendekat kearahnya.
“Diam Les. Aku lagi punya misi rahasia nih. Tugas dari si Bos,” aku berkata dengan nada bangga yang tak bisa aku sembunyikan.
Dahinya yang tertutupi bulu halus mengernyit bingung, “Tugas apaan sih? Kok kamu harus ngendap-ngendap gitu?”
“Duuh..ini misi rahasia. Aku diharuskan mencari sesuatu dengan menggunakan indera penciumanku. Kalau berhasil, aku bakalan dapet hadiah besar. Dijadiin karyawan tetap. Hidupku bakalan makmur, Les,” jelasku dengan mata berbinar. Leslie mengangguk paham.
“Mau aku bantu?” tawarnya. Aku langsung menolak dengan tegas.
“Nggak!! Jangan ngomong gitu Les. Nanti kalau ada yang denger gimana? Bisa-bisa usahaku dianggap nggak murni,” dengan panik aku menoleh ke sekelilingku. Hening. ‘Aman,’ pikirku.
“Udah ah. Kamu jauh-jauh dulu sana. Jangan deketin aku sampai aku berhasil nemuin apa yang aku cari yah..” usirku halus. Leslie pun mengerti dan beranjak pergi, meninggalkanku di antara semak belukar.
‘Duuuh.. mana sih barang yang Bos maksud? Dari tadi nggak kecium apa-apa. Huuuuufh…’  aku mengeluh dalam hati sambil berjalan menunduk, mengais tumpukan dedaunan dengan kakiku.
‘Uggh.. bau banget nih. Udah kayak rawa aja. Mana panas banget lagi. Duh..mana yah? Tinggal berapa menit lagi nih waktunya?’ aku mulai panik. Kepalaku semakin kutundukkan hingga hampir menyentuh tanah. Aku semakin berkonsentrasi, mengerahkan segala kemampuan hidungku ini. Sesekali saat tercium bau samar yang kukenal, aku langsung berlari mendekat. Sampai tiba-tiba, kepalaku terantuk sesuatu. Mungkin, saking seriusnya aku berkonsentrasi dan menunduk, aku sampai tidak sadar dengan hal-hal di depanku.
Dan, benda yang tadi aku tabrak adalah sebuah kotak. Bewarna hitam. Aku dekatkan hidungku. ‘Yess!! Ini dia yang aku cari!! Baunya sama persis! Yaaaaay!!’ Aku bersorak kegirangan. Tak lama kemudian, dari kejauhan kulihat Bos kesayanganku itu berlari mendekat. Aku rasa ia sudah mendengar sorakanku yang heboh barusan.
“Jake! Kamu berhasil. Hebat hebat!” Bosku itu langsung memelukku kencang-kencang. Sampai sesak nafasku. Kemudian, ia mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya. Sebuah kalung, sepertinya.
“Jake, selamat yah. Dengan ini, kamu sekarang sudah resmi sebagai anggota tim. Nih kalungnya,” dengan lembut, Bosku itu memasangkan kalung di leherku. Ada tulisan di tengah bandul berbentuk bulat yang tergantung di kalung itu.
Jake, Anjing Pelacak Junior.

Wednesday, July 27, 2011

Bee-la Mata Ini Aku Pejamkan

Bila mata ini aku pejamkan,
apakah hati bisa beristirahat sejenak
dari segala kenangan yang sesakkan dada?

Bila mata ini aku pejamkan,
apakah ingatan tentang segala janji yang terlupa
akan ikut memudar?

Bila mata ini aku pejamkan,
akankah semesta mengizinkan lagi
segala kebetulan itu menjadi nyata,
bahkan hanya dalam dunia khayalku?

Bila mata ini aku pejamkan,
apakah mimpi akan pertemukan kita?
Hingga aku masih bisa berucap,
Ternyata Cinta masih ada untukku..

Dan bila mata ini aku pejamkan,
akankah sapa pagimu yang nanti menyambutku,
sampai saatnya kubuka kembali mataku ini?

Saturday, July 09, 2011

Inginku Bee-cara

Cintailah cinta, 
sebelum malam beranjak 
tinggalkan jejak dalam mimpi
karna kita tak satu dalam nyata

Katakanlah kata,
yang tak sempat kuucapkan dalam mimpi
biar nanti
pagiku yang akan menjengukmu diam-diam

Ceritakanlah cinta pada malam,
bibir ini ingin meracaukan namamu
dalam sunyi,
yang meniadakan senyap

Janjikanlah janji,
pada pagi yang terabaikan mentari,
dalam riak sungai yang selalu berandai-andai
Apa jadinya bila rindu telah usai??
 

Yang Tertinggal

Pada dedaunan layu,
ada untaian jaring laba-laba yang lingkupi tepi-tepi mimpi
agar tak lagi terasa sepi di malam hari

Pada tanah kecoklatan itu,
ada genangan air tetesan kesedihan dari semesta
yang bergumam sampai tempat akhir segala cerita

Pada kenangan masa lalu,
ada rasa yang tertinggal
seiring derap langkahmu yang melaju,
rindu untukmu

Sunday, June 26, 2011

MASIH

Mata ini menatap kearahmu
Bibir ini menyebut namamu
Dada ini bergetar untukmu

Thursday, June 16, 2011

Gravitasi














Kata yang pertama kali kudengarkan di bangku SD.
Tentang permainan semesta yang selalu menjatuhkan benda-benda ke bawah, menuju bumi agar tidak hilang melayang di angkasa luar.
Kata yang dulu aku kira hanya ada di dalam ilmu pasti dan eksakta.
Ah, ternyata aku salah. Ternyata aku memang manusia sejati yang tidak selalu benar.
Perasaan..
Cinta..
Adalah sesuatu yang tidak pernah pasti di dunia ini..
Pun untuk sesosok kamu.
Dan aku terperangkap dalam lingkup cintamu.
Berkali berulang aku jatuh
Hanya untuk singgahi hatimu yang tak lagi lapang menerimaku
Ternyata, seperti itulah gravitasi..
Pesonamu, selalu menarikku mendekat
Hingga menyebut namamu pun seolah dzikir bagiku
Cinta dan kenangan milikku tak pernah sanggup untuk melayang mengangkasa
Dalam detik yang tak pernah berhenti..
Aku terjatuh lagi..
Pada gravitasimu..

Something always brings me back to you.
It never takes too long.
No matter what I say or do I'll still feel you here 'til the moment I'm gone.

You hold me without touch.
You keep me without chains.
I never wanted anything so much than to drown in your love and not feel your reign.
 
Set me free, leave me be. I don't want to fall another moment into your gravity.
Here I am and I stand so tall, just the way I'm supposed to be.
But you're on to me and all over me.

You loved me 'cause I'm fragile.
When I thought that I was strong.
But you touch me for a little while and all my fragile strength is gone.
I live here on my knees as I try to make you see 
that you're everything I think I need here on
The ground.
But you're neither friend nor foe though I can't seem to let you go.
The one thing that I still know is that you're keeping me down

(inspired by Gravity – Sara Bareilles)

Sunday, June 12, 2011

Kamu Seksi Kok..

“Aku cantik nggak?”
Aku tertegun mendengar pertanyaan gadis di depanku.  Kemudian aku mengangguk perlahan. Malas. Acuh tak acuh. Sambil lalu kembali menyeruput minumanku yang masih tersisa banyak.
“Hmm… Kalau seksi?”
Lagi-lagi keluar pertanyaan yang membuatku jengkel dari bibirnya.
Aku hanya mengangguk. Lagi. Dan memalingkan mukaku.
Dan kesunyianku selama sedetik itu, terganggu oleh guncangan di tanganku.
“Kok diem sih? Serius nih. Aku beneran seksi nggak sih??” gadis di depanku itu mulai merengek kesal.
Aku menghela nafas pelan.
“Kamu mau aku jawab apa lagi sih?”
“Yaaaa.. jawab aja. Menurut kamu, aku seksi apa enggak?”
“Aduuuh… Kenapa sih kamu tiba-tiba ribut ngomongin tentang seksi-seksian segala?”
“Kan, katanya cowok itu suka sama cewek seksi..” jawabnya polos.
“Nah, kalo menurut kamu sendiri, seksi itu yang kayak gimana?”
“Ng.. Yang kayak J-lo, Beyonce, Aura Kasih. Yang cantik, badannya oke dan mulus..” aku mendengus mendengar jawabannya.
“Iiiiiiih… Kenapa sih emangnya?? Coba, sekarang menurut kamu, seksi itu gimana?”
“Hmmm… Kalau menurut aku, seksi itu..kamu,” jawabku yakin.
“Hah?! Serius? Masa sih? Aku beneran seksi menurut kamu??” jeritnya nggak percaya.
Aku mengangguk pasti.
“Iya, kamu itu pinter, smart, kalau diajakin ngobrol nyambung, selera humor kamu oke, kamu juga pengertian; kadang-kadang. Terus, kamu nggak pernah jaim di depan aku, apa adanya, jadi terkesan PeDe. Yah, intinya sih, aku nyaman deket-deket kamu. Karena menurut aku, seksi itu segala hal yang bisa bikin aku betah deket-deket kamu,” aku menjawab dengan senyuman lebar di wajahku.
“Ng.. makasih. Tapi kok.. semua yang kamu sebutin Cuma sifat aku aja? Secara fisik gimana? Aku nggak seksi yah?” tanya gadis di depanku sambil menahan kekecewaan.
Aku menghela nafas lelah untuk yang kesekian kalinya.
“Kamu serius nanyain hal itu ke aku?” tanyaku memastikan.
“Ya iyalah. Kan aku dari tadi juga nanya gitu.”
“Hhhh… Aldis, aku jawab seperti tadi itu ya, karena itu kesan yang aku dapat selama ini dari kamu. Bukannya kamu nggak seksi. Tapi, kalau kamu nanyain masalah fisik, aku rasa kamu salah alamat..” jelasku. Gadis di depanku itu terkesiap pelan.
“Iya Dis. Nggak pa-pa kalau kamu lupa. Aku juga minta maaf ya nggak bisa jawab pertanyaan kamu mengenai masalah fisik tadi. Tapi percaya deh sama aku. Kamu itu seksi kok. Meski mungkin aku nggak akan pernah bisa ngeliat keseksian fisik kamu itu. Yah, maklum ajalah Dis. Aku kan emang buta..”

His January..

Januari..
Kembali menanti
Pada mimpi
Dan juga pada rindu yang kini menghampiri

Aku pernah lupa akan hadirnya cinta
Aku juga pernah lupa betapa luka itu melukai
Pada Januari aku kembali meratapi
Seonggok puing cinta yang berserakan di taman hati

(Made for my lovely, black, mellow cousin: @iammarshel. Semoga renovasi hatimu cepat selesai.. :p) 

(Bukan) Janji Sang Merpati

(Catatan ketika terbangun dari mimpi buruk..)

Aku meratap sendu pada waktu, pada masa yang telah berjalan mendahului mimpi, pada rindu yang kembali menjelma rasa sakit dan lalu berdarah.
Dulu, pernah ada terucap sebuah janji, pada sang temu yang ingin bertandang.
Tiap detik kuhitung dengan hati-hati, menanti hingga terkadang melupakan waktu.
Saat itu, jendela adalah sahabat baikku, tempatku sandarkan berjuta pengharapan, akan sepasang kaki yang datang mendekat, akan seulas senyum yang terlekung di tengah kedua lesung pipit.
Sayang, mungkin mimpi adalah candu.
Serupa alkohol yang mampu memabukkan aku di tengah siang bolong, atau mungkin hanya sekedar nafsu yang seakan menghilangkan akal.
Aku menanti.
Aku berharap.
Pada janji yang ternyata (bukan) janji sang merpati.
Karena sang temu, tak datang untuk menjenguk jerit kesakitan ini.
(Bukan) janji sang merpati.
Berapapun lamanya kunanti.
Karena merpati tak pernah ingkar janji.








Monday, May 02, 2011

Yang Tak Pernah Aku Mengerti..

Rindu di dalam kantong jiwaku
Yang ada di setiap langkahku
Adalah milikmu
Sejak kutuliskan namamu di samping bintang benerang itu

Doa yang membakar rindu
Saat mimpi hadirkan kembali wajahmu
Adalah kado terindah untukku
Saat dunia jungkir balik di hadapanku

Aku tertegun dalam sunyi senyap malam
Menari dalam iringan irama muram
Lentera langit yang menerangi semakin kelam
Dan hanya ada aku dan nyawaku yang bersiam

Kamu dan hanya kamu…
Lakon utama di panggung cintaku
Tertawa dalam nada sumbang yang menatap haru padaku
Tiupkan ciuman dalam pelukan beku

Sampai kelu lidah ini menyebut namamu
Luluh lantak dalam dilema kesakitan
Andainya saja kamu pernah tahu
Betapa rindu ini membelenggu

(Sendiri dalam renungan malam, dan selalu bertanya, mengapa????)

Sunday, May 01, 2011

Untuk Rasa yang Selalu Menghantui..

Mungkin benar anggapan banyak orang, bahwa hantu adalah salah satu dari sekian banyak hal yang menakutkan.
Terutama jika selalu menghantuimu.
Ada satu rasa, yang aku miliki, yang selalu, dari dulu hingga saat ini dan entah sampai kapan, terus menghantuiku.
Mengikuti setiap langkah yang ku ambil, setiap tikungan yang aku pilih
Terkadang aku bahkan bisa merasa menggigil
Bulu kuduk di sekitar tengkukku meremang memanjang
Dan tiap kali aku tolehkan kepalaku ke belakang tiba-tiba, rasa itu menghilang
Hanya nyeri yang terasa
Nyeri otot, nyeri dari gerakan bola mata, atau mungkin jenis nyeri yang menjalar dari sakit yang dirasakan oleh hatiku.
Entahlah.
Lalu aku coba untuk tidak menoleh lagi ke belakang, agar nyeri itu tidak lagi menyerang
Sampai aku bisa kembali bernapas dengan lega
Melonggarkan segala sesak dalam dada yang membuat aku megap-megap tanpa udara
Meskipun terkadang terlalu banyak godaannya, dan aku menoleh lagi sesekali, hingga akhirnya menghadap ke belakang..
Selalu begitu…
Berulang dan berulang..
Ah, itulah rasa yang menghatuiku
Yang entah sampai kapan akan pergi dengan tenang ke dunianya sendiri
Meninggalkan aku dan asaku di sini dalam damai
Rindu….
Bisakah aku minta pada semesta untuk menjarakkanku darimu?? 

Jika Bisa Kutampung

Jika seluruh air mata bisa kutampung
Jika tetesan yang bergulir bisa kuhitung
Tak akan ada istilah kekeringan
Hanya luapan aliran air yang berarus deras

Lebih dari separuh hidupku
Berpuluh bulan beratus minggu dan beribu hari
Entah mengapa tak akan ada jawabannya
Tak akan kering sedia ini

Rindu yang terucap untuk namamu
Berebut bersama derap langkah yang ingin menjauh
Aku luluh dalam perangkap
Terjerat tanpa mampu berarah

Ah, kamu…
Lagi dan lagi…
Selalu dan hanya satu,…
Ada dan tanpa tiada…

Seluruh rindu sudah tumpah
Ruah mengabur menjauh bersama angin

Jika air mata ini bisa kutampung
Hanya Tuhan yang akan mampu menadahnya
 

Bulan Penuh Cinta


Bulan penuh cinta, harapku.
Bulan serupa purnama yang sempurna melingkari seluruh harapan dan asa baru agar tidak terputus.
Bulan bagi para pecinta untuk mencintai cinta
Bulan yang menebarkan tawa di atas luka
Bulan untuk cinta yang baru














@Olga_imoet : Bulan baru mencinta, seakan larut dalam nuansa suka, dari dosa dan doa yang menyatu lalu jadi satu, dan aku terduduk membingkai harapan.

@Olga_imoet : Aku melukis senyummu di langit malam, dengan bintang sebagai binar matamu, yang menatap lurus ke hatiku.

@: adalah impian sang pemimpi, yg punya segudang harapan utk kamu jadikan nyata. Pemimpi itu, aku, tahu?

@ : Yang berpijar di matamu itu adalah aku, bintang benerang di antara kelamnya malam, bersuka merayakan kelahiran cinta.

@ : Serasa doa membakar rindu, saat mimpi menghadirkan kembali wajahmu.

@: Sempurna satu malam yang menggemakan rindu, hanya jika bulan menjatuhkan sinarnya tepat didadamu.

@Olga_imoet : Ikatan yang satukan kita adalah hiasan semata, hati yang sama mencinta, tanpa sendu atau dusta, menemani langkah kita.

@ : yang dapat menyatukan segala perbedaan, tangan-tangan saling menggenggam, dalam satu ikatan yang suci.

@Olga_imoet : Hijau-hijau di dinding, sejuknya bikin aku merinding, sayang, di depannya nanti, kita bersanding.



(Dari hati yang selalu belajar mencintai cinta....)