Thursday, January 12, 2012

"Halo, siapa namamu?"

Pertemuan pertama dengannya menurutku sungguh aneh. 

Dia cantik. Mungil. Putih. Rambutnya panjang. Bibirnya merah merekah. Mirip sekali dengan boneka Barbie kepunyaan Lisa, adikku.

Aku sering mengintip keluar jendela hanya untuk melihat sosoknya. Saat dia sedang duduk bersama temannya yang sama cantiknya. Terkadang aku bisa sampai lupa waktu. Hanya untuk melihatnya diam-diam dan mendengar suaranya. Hingga Mama masuk ke kamarku dan mengingatkan bahwa sekarang sudah waktunya tidur, karna aku harus sekolah keesokan harinya. Makanya, aku suka sekali malam Minggu. Karna Mama jarang mengecekku, apakah aku sudah tidur atau belum.

Aku penasaran sekali dengannya. Pernah suatu malam aku diam-diam keluar rumah, ingin melihat sosoknya dari dekat, tapi begitu aku sampai di pagar samping rumahku, sosoknya menghilang. Ah, mungkin karna sudah terlalu malam, pikirku. Bukannya semua anak seusiaku harus tidur cepat ya? Karna kata Mama, dalam masa pertumbuhan, anak-anak harus tidur cukup. 

Akhirnya malam Minggu berikutnya aku keluar rumah, setelah sebelumnya memastikan dia ada di tempat biasanya, dengan mengintip keluar jendela terlebih dahulu. 

Aku berjalan pelan-pelan agar Mama, Papa dan adikku tidak tahu aku keluar rumah. Aku memutari rumahku dengan jantung berdebar-debar. Tak sabar ingin segera berkenalan dengannya. Dan malam ini, nampaknya aku beruntung. Gadis mungil itu masih duduk di tempatnya. Sendiri. 

Aku gugup. Perlahan sekali aku berdehem. Dia menoleh cepat ke arahku. Rupanya dia mendengar. Lama ditatapnya aku. Dan aku hanya bisa terdiam melihat wajah cantiknya. 

"Ha..halo.. Siapa namamu?" aku memberanikan diri bertanya. Kutelan ludah berkali-kali, sambil menunggu reaksinya.

Matanya membelalak indah. "Kamu......bisa ngeliat aku?" pertanyaan aneh, menurutku, meski suaranya merdu sekali. 

Sebelum aku menjawab, sebuah teriakan dari dalam rumah mengagetkan kami berdua. 

"Rangga!! Kamu ngapain di situ? Mama kan udah bilang samping rumah kita  itu angker. Jangan dekat-dekat makam itu, nak!" teriak Mama yang sudah berlari bersama Papa menyusulku. 
Teriakan mereka membuat gadis cantik di atas pohon itu ketakutan. Sedetik setelah aku memalingkan wajahku kembali ke arahnya, gadis cantik itu melayang. Aku sampai takjub dibuatnya. Dia bisa terbang! Aku semakin kagum padanya. Sampai dia berbalik dan aku melihat sesuatu. Rambutnya yang panjang tertiup angin hingga menampakkan bagian punggungnya yang bolong. Iya, bolong.

Detik berikutnya, aku sudah berada di rumahku. Kata Mama aku pingsan. Mama bertanya apa yang kulihat. Aku hanya diam. Menelan ludah, pahit rasanya. Aku sedih. Pertemuan pertamaku dengannya, aku belum sempat mengetahui namanya. Tapi firasatku berkata, sepertinya, itu juga akan menjadi pertemuan terakhir dengannya.



-Proyek #15HariNgeblogFF day 1-

3 comments:

Ririn Hutagalung said...

hihihi
mistis

Rachma I. Lestari said...

-____-
malem jum'at nih..
T-T
:p
*Salam kenal :)

Unknown said...

Cerita ini akan lebih mistis kalu berakhir di kata 'Bolong'. Tapi buat orang yang gak suka cerita horor, lumayanlah.. hehehe

N.B: Karena bukan karna